Abdullah bin Umar (Ibnu Umar)

“Kalau saja engkau melihat Ibnu Umar (Abdullah bin Umar) dalam mencontoh setiap perilaku Nabi, pasti engkau akan katakan ‘dia gila’.” Kata Nafi’ rahimahullah, budak sekaligus murid Ibnu Umar dan guru dari Imam Malik. [1] [2]

Nasab Abdullah Ibnu Umar

Beliau bernama Abdullah bin Umar bin Al-Khattab bin Nufail Al-‘Adawi. Ayahnya adalah Umar Bin Al-Khattab seorang Sahabat Nabi yang mulia dan khalifah kedua setelah Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam wafat. Adapun ibunya adalah Zaenab bintu Madh’un radhiyallahu ‘anha.

Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma  adalah saudara dari istri nabi yang bernama Hafshah bint Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhuma.

Masa Kecil

Beliau telah masuk islam sebelum baligh, bahkan ia telah berhijrah ke Madinah bersama ayahnya sebelum baligh juga.

Walaupun masih kecil, belum baligh, akan tetapi semangat beliau sangat tinggi, bahkan beliau ingin menjadi prajurit pada perang uhud, akan tetapi Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam tidak mengizinkannya. [3] [4]

Meriwayatkan Hadits

Beliau meriwayatkan seikitar 2630 hadist berulang, yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari sekaligus Imam Muslim dalam kitab shahih keduanya ada 168 hadist. Imam Al-Bukhari bersendirian dengan 81 hadist dan Imam Muslim bersendirian dengan 31 hadits. [5]

Abdullah bin Umar dan Mimpi

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu bercerita terdapat seseorang pada masa hidup Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bila bermimpi, biasanya dia akan menceritakannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam. Aku pun berharap bermimpi hingga aku dapat mengisahkannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam.

Saat itu aku masih remaja. Pada suatu hari di zaman Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam aku tidur di masjid, lalu aku bermimpi ada dua malaikat memegangku lalu membawaku ke dalam neraka, aku melihat neraka yang teryata ada lubang besar bagaikan lubang sumur (atau jurang). Neraka tersebut memiliki tanduk dan aku melihat di dalamnya ada orang-orang yang sebelumnya aku sudah mengenal mereka.

Melihat hal itu, aku katakan: “Aku berlindung kepada Allah dari neraka, Aku berlindung kepada Allah dari neraka.”

Dia berkata: “Kemudian kami berjumpa dengan malaikat lain lalu berpesan kepadaku: “Janganlah kamu takut.”

Kemudian aku ceritakan mimpiku itu kepada Hafshah, lalu Hafshah menceritakannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Beliau pun bersabda: “Sungguh Abdullah (bin Umar) adalah seorang yang lelaki terbaik, bila dia mendirikan shalat malam.”

Salim berkata: “Setelah peristiwa ini Abdullah bin Umar tidak tidur malam kecuali sedikit.” [6] [7]

Teladan dalam Meneladani Nabi

Ibnu Umar adalah orang yang paling semangat mengikuti contoh Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam. Tidak ada yang bisa menandingi Ibnu Umar dalam semangatnya mengikuti jejak Nabi. [8]

Nafi’ berkata: “Kalau saja engkau melihat Ibnu Umar dalam mencontoh setiap perilaku Nabi, pasti engkau akan katakan ‘dia gila’.” [1] Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bukan orang yang lembek, bahkan dia sangat tegas jika hadits nabi ditentang.

Suatu saat beliau meriwayatkan hadits: “Jangan kalian larang wanita pergi ke masjid”, anaknya yang bernama Bilal berkata: “Demi Allah aku akan melarang keras kepergian mereka ke masjid.” Saat itu Bilal, anak Ibnu Umar, melihat berbagai penyelewengan atau alasan yang mengharuskan berkata demikian, tapi tetap saja Ibnu Umar marah besar, seraya mengatakan: “Aku katakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda jangan kau larang, tapi kau malah bersumpah akan melarang nya?!” [9] Tidak hanya itu saja yang dilakukan Ibnu Umar untuk mengingkari anaknya Bilal, bahkan ia mencelanya dengan celaan yang sangat buruk. Bahkan ia tidak pernah mengajak bicara anaknya hingga Ibnu Umar meninggal sebagai bentuk peringatan beliau kepadanya, dan pelajaran berharga bagi kaum yang datang setelahnya. [10]

Kehati-hatian Ibnu Umar dalam Menyampaikan Hadits

Ibnu Umar itu seorang yang sangat berhati-hati dalam meriwayatkan hadits, bahkan ia hampir tidak akan menambahkan lafadz hadits yang ia dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam. Abu Ja’far Al-Baaqir berkata: “Jika Ibnu Umar mendengar hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dia tidak akan mengurangi atau menambah kalimatnya (saat beliau memberikan hadits kepada orang lain), dan tidak kutemui hal itu ada pada orang lain kecuali pada dirinya saja.” [11]

Dan dahulu Ibnu Umar pernah mendengar seorang meriwayatkan hadits

مَثَلُ الْمُنَافِقِ كَمَثَلِ الشَّاةِ الرَّابِضَةِ بَيْنَ الْغَنَمَيْنِ

Perumpamaan orang munafik adalah seperti seekor domba yang menderum diantara dua kambing.

Merasa bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengatakan seperti itu, beliau menimpali orang tadi: “Celaka kalian, jangan berdusta atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam!”

Yang benar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَثَلُ الْمُنَافِقِ كَمَثَلِ الشَّاةِ الْعَائِرَةِ بَيْنَ الْغَنَمَيْنِ

Perumpamaan orang munafik adalah seperti seperti seekor domba yang bingung di antara dua kambing. [12]

Dua lafaldz hadits itu perbedaannya hanya pada dua kata (الرَّابِضَةِ) dan (الْعَائِرَةِ) saja, akan tetapi beliau sangat keras pengingkarannya dan telah berlalu, alasan-alasannya.

Sya’bi rahimahullah berkata: “Aku membersamai Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma selama setahun, aku tidak mendengar darinya kecuali satu hadits saja” [13]

Ibadah Ibnu Umar

Habib bin Asy-Syahid bertanya kepada Nafi’: “Apa yang dilakukan Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma di dalam rumahnya?” Nafi berkata: “Engkau tidak akan sanggup menirunya, beliau wudhu untuk setiap shalat dan beliau membaca Al-Qur’an diantara keduanya.” (Siyar A’lam An-Nubala, 3/215.))

Nafi’ berkata: “Ketika safar, Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma tidak pernah berpuasa, akan tetapi saat muqim (tidak safar) hampir-hampir beliau tidak pernah berbuka (selalu puasa).” [14]

Sikap Ibnu Umar terhadap dunia

Tidak ada seorangpun yang tidak tertarik kepada dunia, setelah dunia menghampirinya, kecuali Ibnu Umar (Abdullah) radhiyallahu ‘anhuma. [15]

Potret Hidup Ibnu Umar

Mukhtar bin Abi ‘Ubaid mengutus seorang membawa uang untuk Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma dan ia menerimanya. Lalu mengatakan: “aku tidak pernah minta-minta pada seorang pun, dan aku tidak akan pernah menolak rezeki Allah yang datang kepadaku.” [16]

Abu Amr Al-Madani berkata: “Aku tidak pernah keluar dengan Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma melainkan beliau pasti memberi salam, baik kepada anak kecil atau orang dewasa.” [17]

Wafatnya Ibnu Umar

Beliau wafat di mekah, pada tahun 74 H ketika berumur 84 tahun. [18]

Referensi

  1. Hilyah Al-Auliya, 1/310.
  2. Siyar A’lam An-Nubala, 3/213.
  3. HR. Al-Bukhari no. 2664.
  4. HR. Muslim 1868.
  5. Siyar A’lam An-Nubala, 3/238.
  6. HR. Al-Bukhari no. 3738 dan 3739.
  7. HR. Muslim no. 2479.
  8. Ath-Thabaqat Al-Kubra, Ibnu Sa’d, 4/108.
  9. HR. Ibnu Majah no. 16.
  10. HR. Ahmad no. 4933 dengan sanad shahih.
  11. Siyar A’lam An-Nubala, 3/213.
  12. HR. Ahmad no. 5353.
  13. Siyar A’lam An-Nubala, 3/214.
  14. Siyar A’lam An-Nubala, 3/215.
  15. Siyar A’lam An-Nubala, 3/211.
  16. Siyar A’lam An-Nubala 3/220.
  17. Siyar A’lam An-Nubala, 3/221.
  18. Siyar A’lam An-Nubala, 3/231.