Abu Bakar ash Shiddiq

Nama dan Nasab Abu Bakar ash-Shiddiq

Nama Abu Bakar ash-Shiddiq sebenarnya adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr[1] al-Qurasyi at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi pada kakeknya, Murrah bin Ka’ab bin Li’ai. Dan ibunya adalah ummu al-Khair, Salma binti Shakr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim.[2] Berarti ayah dan ibunya berasal dari kabilah Bani Taim. Ayahnya diber  kunyah Abu Quhafah. Dan pada masa jahiliyah Abu Bakar ash-Shiddiq digelari Atiq. Imam ath-Thabari menyebutkan dari jalur Ibnu Lahi’ah bahwa anak-anak dari Abu Quhafah ada tiga orang : pertama Atiq (Abu Bakar), kedua, Mu’taq, ketiga, Utaiq.[3]

Ciri Fisik dan Karakter Akhlaq Abu Bakar ash-Shiddiq

Abu Bakar adalah seorang yang bertubuh kurus dan berkulit putih[4]. Aisyah menerangkan cirri fisik bapaknya dengan mengatakan, “ beliau berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggang ( sehingga kainnya selalu melorot dari pinggangnya), wajahnya selalu berkeringat, hitam matanya, berkening lebar, memiliki urat tangan yang tampak menonjol, dan selalu mewarnai jenggotnya dengan memakai daun pacar ( hinai) maupun daun pohon alkatm.”[5] Begitulah karakter fisik beliau.[6]

 Sedangkan karakter akhlaknya, beliau terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh pendirian, selalu memiliki ide-ide yang cemerlang dalam keadaan genting, murah hati, penyabar, memiliki azimah ( keinginan kuat), faqih, paling mengerti dengan garis keturunan ( nasab) Arab dan berita-berita tentang mereka, sangat bertawakal kepada Allah, dan yakin dengan segala janjiNya, bersifat wara’ dan jauh dari segala syubhat, zuhud terhadap dunia, selalu mengharapkan apa-apa yang lebih baik disisi Allah, serta lembut dan ramah, semoga Allah meridhoinya.[7]

Istri-Istri dan putra-putra Abu Bakar ash-Shiddiq[8]

Abu Bakar pernah menikahi Qutailah binti Abd al-Uzza bin Abd bin As’ad pada masa jahiliyah, dan dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan Asma’. Beliau juga menikah Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari Kinanah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman dan Aisyah. Beliau juga menikahi Asma’ binti Umais bin Ma’ad bin Taim al-Khats’amiyah, dan sebelum itu Asma’ binti Umais diperistri oleh Ja’far bin Abi Thalib. Dari hasil pernikahan ini lahirlah Muhammad bin Abu Bakar, dan kelahiran tersebut terjadi pada waktu haji wada’ di Dzul Hulaifah. Beliau juga menikahi Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair dari Bani al-Harits bin al-Khazraj. Abu Bakar pernah singgah di rumah Kharijah ketika beliau datang ke Madinah dan kemudian mempersunting putrinya, dan beliau masih terus bermukim dengannya di suatu tempat yang disebut dengan as-Sunuh,[9] hingga Rasulullah ﷺ wafat dan beliau kemudian diangkat menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah ﷺ. Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu Kultsum, setelah Rasulullah ﷺ wafat.[10]

Abu Bakar ash-Shiddiq Masuk Islam

Abu Bakar adalah lelaki yang pertama kali memeluk islam, beliau didahului Khadijah yang lebih dahulu masuk Islam daripada beliau. Dari golongan anak-anak Ali yang pertama kali  memeluk Islam, sementara Zaid bin Haritsah adalah yang pertama kali memeluk Islam dari golongan budak. Keislaman Abu Bakar paling banyak membawa manfaat besar terhadap Islam dan kaum Muslimin dibandingkan dengan keislaman selainnya, karna kedudukannya yang tinggi dan semangat serta kesungguhannya dalam berdakwah.[11] Dengan keislaman beliau, beliau diikuti oleh tokoh-tokoh besar yang masyhur seperti: Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Pada hari keislamannya, beliau menginfakkan dijalan Allah apa yang dimilikinya sebanyak 40.000 dirham. Beliau banyak memerdekakan budak-budak yang disiksa karna keislamannya di jalan Allah, seperti Bilal. Beliau selalu mengiringi Rasulullah ﷺ selama di Mekkah, bahkan beliaulah yang mengiringi Nabi ﷺ ketika bersembunyi di dalam gua dan dalam perjalanan hijrah hingga sampai di kota Madinah. Disamping itu, beliau mengikuti seluruh peperangan yang diikuti Rasulullah ﷺ baik Perang Badar, Uhud, Khandak, penaklukan kota Mekkah, Hunain maupun Perang Tabuk.[12]

Keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq

Keutamaan Abu Bakar As-Siddiq, sangat banyak sekali dan telah dimuat dalam kitab-kitab sunnah, kitab tarajim ( kitab biografi para tokoh), maupun kitab-kitab sejarah. Namun berikut ringkasan keutamaan tersebut sebagaimana yang telah disebutkan oleh al-hafidz Imam al-Bukhari dalam sahihnya, yang termuat dalm kitab Fadhail Shahabat[13]:

1. Beliau adalah sahabat Rasulullah ketika di gua

Sebagaimana firman Allah:

إِلاَّ تَنْصُرُوهُ فَقَدْ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّٰهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَانِىَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِيْ الْغَارِ إِذْ يَقُوْلُ لِصَٰحِبِهِ، لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللّٰه مَعَنَا

“Jikalau kamu tidak menolongnya ( Muhammd) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir ( Musyrikin  Mekkah) mengeluarkannya ( dari Mekkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya,’ janganlah berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita’.”[14]

Aisyah, Abu Sa’id dan Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini mengatakan, “ Abu Bakarlah yang menyertai Nabi ﷺ dalam gua tersebut.”[15]

2. Beliau adalah sahabat yang paling alim diantara sahabat yang lain

Abu Sa’id al-Khudri berkata, Suatu ketika Rasulullah ﷺ berkhutbah di hadapan manusia dan berkata,

sesungguhnya Allah telah memberi seorang hamba untuk memilih antara dunia atau memilih apa-apa yang ada di sisiNya, dan ternyata hamba tersebut memilih apa-apa yang ada di sisi Allah.”

Abu Sa’id berkata, Maka Abu Bakar menangis, maka kami heran, kenapa beliau menangis padahal Rasulullah ﷺ hanyalah menceritakan seorang hamba yang memilih kebaikan. Akhirnya kami ketahui bahwa hamba tersebut tidak lain adalha Rasulullah ﷺ sendiri. Dan Abu Bakar adalah orang yang paling mengerti serta paling berilmu diantara kami. Kemdian Rasulullah bersabda,

Sesungguhnya orang yang paling banyak berkorban padaku dalam persahabatannya dan kerelaan mengeluarkan hartanya, adalah Abu Bakar. Andaisaja aku diperbolehkan mengangkat seseorang menjadi kekasih dekatku selain Rabbku, pastilah aku akan memilih Abu Bakar, namun cukuplah persaudaraan seislam dan kecintaan karenanya; janganlah tinggalkan pintu di masjid melainkan dalam keadaan tertutup kecuali pintu Abu Bakar saja.”[16]

 Hal ini menunjukkan bahwa Abu Bakar As-Siddiq adalah salah satu sahabat yang paling mengetahui tentang Rasulullah ﷺ daripada sahabat yang lainnya.

3. Beliau adalah sahabat Nabi yang paling utama

Diriwayatkan dari Ibnu Umar, beliau berkata, “ kami biasa berbincang menyatakan siapa yang paling utama diantara para sahabat di masa Rasulullah ﷺ, maka kami sepakat memilih Abu Bakar yang paling utama, kemudian Umar, selanjutnya Utsman bin Affan.” Diriwayatkan dari Muhammad bin al- Hanafiyah, beliau berkata, “ Kutanyakan pada ayahku (Ali bin Abi Thalib) siapa yang paling baik setelah Rasulullah? “ Maka beliau menjawab, “ Abu Bakar!”, Kemudian kutanyakan lagi, “ siapa setelahnya?” Beliau menjawab, “ Umar.” Dan aku takut jika beliau menyebut Utsman sesudahnya maka kukatakan, “ Setelah itu pasti Anda. Namun beliau menjawab, “ Aku hanyalah salah seorang dari kaum muslimin.”[17]

4. Beliau memiliki kedudukan khusus disisi rasulullah

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dari Rasulullah, beliau pernah bersabda,

Andai saja aku dibolehkan mengambil khalil ( kekasih dekat) selain Allah, pasti aku akan memilih Abu Bakar sebagai Khalil, namun dia adalah saudaraku dan sahabatku.”

 Diriwayatkan dari Abdullah bin Abi Mulaikah ia berkata, “Penduduk kufah pernah bertanya kepada Abdullah bin az-Zubair perihal bagian warisan yang akan diperoleh seorang kakek, maka dia berkata, “ ikutilah pendapat Abu Bakar. Bukankah Rasulullah pernah menyebutkan prihal dirinya, “ Andai saja aku dibolehkan mengambil khalil (kekasih dekat) selain Allah pasti aku akan memilihnya.” Abu Bakar mengatakan, “ samakan bagian kakek dengan bagian bapak (jika bapak tidak ada).”[18]

5. Beliau adalah yang paling dulu masuk islam dan mendampingi Rasulullah

Abu Bakar adalah lelaki yang pertama kali memeluk islam[19]. Diriwayatkan dari wabarah bin Abdurrahman dari Hammam, dia berkata, Aku mendengar Ammar berkata, “ Aku pernah melihat Rasulullah ( di Mekkah), pada waktu itu tidak ada yang mengikuti beliau kecuali lima orang budak, dua wanita dan Abu Bakar.”[20]

6. Beliau adalah sahabat yang paling dicintai oleh Rasulullah

Diriwayatkan dari Abu Utsman, dia berkata, “ Telah berkata kepadaku Amr bin al-Ash, bahwa Rasulullah ﷺ pernah mengutusnya dalam peperangan Dzatus Salasil, kemudian aku mendatangi beliau dan bertanya, “ Siapakah orang yang paling engkau cintai? Maka Rasulullah ﷺ menjawab, “ Aisyah!” Kemudian kutanyakan lagi, “ Dari kalangan laki-laki?” Rasul ﷺ menjawab, “ Bapaknya.” Kemudian kutanyakan lagi, “ siapa setelah itu?” Dia menjawab, “ Umar!” Kemudian Rasulullah menyebutkan beberapa orang lelaki”.[21]

7. Beliau memiliki kekuatan iman, kejujuran dan keislaman yang kuat

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, beliau berkata, aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda : “ Ketika seorang pengembala sedang mengembala kambingnya, tiba-tiba datang seekor serigala memangsa seekor kambingnya, maka spontan penggembala tersebut mengejarnya, tiba-tiba  srigala itu berpaling menoleh kepadanya dan berkata,’ siapa yang dapat menjaganya pada waktu dia akan dimangsa, yaitu hari tatkala tidak ada penggembala selain diriku? Dan ketika seseorang sedang menggiring sapinya yang membawa beban, maka seketika sapi itu menoleh padanya dan berkata, ‘sesungguhnya aku tidak diciptakan untuk tugas ini, tetapi aku diciptakan Allah untuk membajak.’Orang-orang berkata,’subhanallah!’ Maka Rasulullah bersabda, ‘sesungguhnya aku beriman kepada berita itu sebagaimana Abu Bakar dan Umar mengimaninya pula’.”

 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, beliau berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “ Barangsiapa menjulurkan pakaiannya ( dibawah mata kaki) karena kesombongan, maka Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat.”

 Maka Abu Bakar berkata, “ Sesungguhnya salah satu sisi dari bajuku selalu melorot ke bawah, kecuali jika aku selalu mengetatkannya, maka Rasulullah ﷺ bersabda, “ Sesungguhnya engkau tidak termasuk orang yang menjulurkan pakaiannya karna kesombongan,”[22]

8. Beliau memiliki kemauan yang tinggi

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, beliau berkata, Aku mendengar Rasulullah  bersabda,” Barangsiapa menginfakkan sepasang dari satu jenis yang dimilikinya di jalan Allah, niscaya dia akan diseru dari pintu-pintu- yaitu pintu surga-, ‘Wahai hamba Allah, inilah kebaikan.’ Barangsiapa termasuk ahli shalat, maka akan dipanggil dari pintu shalat, barangsiapa yang termasuk golongan yang suka berjihad, maka akan dipanggil dari pintu jihad, dan barangsiapa yang suka bersedekah, maka akan dipanggil dari pintu sedekah, barangsiapa yang suka berpuasa, maka akan dipanggil dari pintu puasa dan dari pintu ar-Rayyan.” Maka Abu Bakar berkata, “ Tidaklah penting bagi orang yang dipanggil itu untuk dipanggil dari pintu-pintu lainnya.” Dan beliau bertanya, “ Apakah ada orang yang dipanggil dari semua pintu wahai Rasulullah ?’Rasulullah menjawab,”Ya, dan aku berharap agar engkau, wahai Abu Bakar termasuk salah seorang dari mereka.”[23]

9. Beliau dan keluarganya banyak mendapat keberkahan

Diriwayatkan dari Aisyah, beliau berkata, “ Kami keluar bersama Rasulullah ﷺ dalam sebuah perjalanan, ketika kami sampai di suatu tempat bernama al-Baida –atau di Dzatul Jaisy- terputuslah kalung yang kupakai, maka Rasulullah ﷺ menyuruh rombongan berhenti untuk mencarinya dan orang-orangpun berhenti bersama beliau, sementara mereka tidak mendapati air dan tidak mempunyai air, maka orang-orang mendatangi Abu Bakar dan berkata, “ Tidakkah anda melihat apa yang diperbuat oleh Aisyah? Dia telah membuat Rasulullah ﷺ berhenti dan orang-oarngpun berhenti bersama beliau, sementara mereka tidak mendapatkan air dan tidak memilikinya.’ Maka datanglah Abu Bakar ketika Rasulullah ﷺ berbaring meletakkan kepala beliau diatas pahaku sedang tertidur, Abu Bakar mendatangiku dan berkata, ‘Engkau telah menahan Rasulullah ﷺ dan orang-orang sementara mereka tidak memiliki air dan tidak pula mendapatkannya’. “ Aisyah berkata’” Maka ayahku mencelaku habis-habisan sambil menusuk-nusuk pinggangku dengan tangannya, tidak ada yang menghalangiku untuk bergerak kecuali takut Rasulullah ﷺ terganggu tidurnya, sementara Rasulullah ﷺ masih tetap tidur hingga pagi datang dan mereka tidak memiliki air, maka saat itulah Allah menurunkan ayat mengenai tayamum, ‘ Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci).’ [24]. Usaid bin hudhair berkata, “ ini bukanlah yang pertama kali keberkahan kalian wahai keluarga Abu Bakar.” Maka Aisyah berkata, “ Kemudian kami membangkitkan kendaraan tungganganku dan ternyata kalung tersebut berada di bawahnya.”[25]

10. Beliau mendapatkan berita gembira dari Rasulullah sebagai penghuni surga

Diriwayatkan dari Sa’id bin Musayyab, dia berkata, “ Telah berkata kepadaku Abu Musa al-Asy’ari bahwa suatu hari dia berwudhu’ di rumahnya kemudian berangkat keluar dan berkata, “ Aku harus menyertai Rasulullah ﷺ hari ini.” Beliau berangkat ke masjid dan bertanya dimana Nabi ﷺ, maka dijawab bahwa beliau keluar untuk suatu hajad, maka aku segera pergi berusaha menyusul beliau sambil bertanya-tanya, hingga akhirnya beliau masuk ke kebun yang di dalamnya terdapat sebuah sumur bernama Aris. Maka aku duduk di pintu – dan ketika itu pintunya terbuka dari pelepah kurma- hingga beliau menyelesaiakan buang hajat dan setelah itu berwudhu’, maka akupun berdiri berjalan kearah beliau dan ternyata beliau sedang duduk-duduk diatas sumur tersebut sambil menyingkap kedua betisnya dan menjulur-julurkan kakinya ke dalam sumur. Aku datang memberi salam kepada beliau, kemudian kembali ke pintu sambil berkata dalam hatiku, “ Hari ini aku harus menjadi penjaga pintu Rasulullah ﷺ.” Tak lama kemudian datanglah Abu Bakar ingin membuka pintu, maka kutanyakan ,” Siapa itu?” Dia menjawab, “ Abu Bakar!”Maka kukatakan padanya, “ tunggu sebentar!” Aku segera datang kepada Rasulullah ﷺ dan menyampaikan, “ Wahai Rasulullah ﷺ, ada Abu Bakar datang dan minta izin masuk!” Rasulullah berkata, “ Suruhlah dia masuk dan beritahukan padanya bahwa dia adalah penghuni surga.” Maka aku berangkat dan menujunya dan berkata, “ Masuklah, sesungguhnya Rasulullah ﷺ memberitakan padamu kabar gembira bahwa engkau adalah penghuni surga. Abu Bakar masuk dan duduk di sebelah kanan Rasulullah ﷺ sambil menjulurkan kakinya ke sumur sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ dan dia menyingkap kedua betisnya…,” dan seterusnya hadits tersebut.[26]

Diriwayatkan dari Qatadah dari Anas bin Malik, beliau pernah bercerita bahwa Nabi ﷺ pernah menaiki gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar dan Utsman, maka tiba-tiba gunung Uhud bergoncang dan Rasulullah ﷺ langsung berkata, “ Diamlah(tenanglah) wahai Uhud, sesungguhnya diatasmu ada seorang Nabi, seorang Shiddiq, dan dua orang (yang akan mati) syahid.”[27]

11. Beliaulah yang senantiasa membela Rasulullah

Diriwayatkan dari Urwah bin Zubair, dia berkata, “ Aku pernah bertanya kepada Abdullah bin Amr tentang perbuatan kaum musyrikin yang paling menyakiti Rasulullah ﷺ, maka dia berkata, “ Aku pernah melihat Utbah bin Abi Mu’ith mendatangi Nabi yang sedang shalat, maka tiba-tiba Uqbah melilit leher Nabi dengan sorban miliknya dan mencekiknya sekeras-kerasnya, kemudian datanglah Abu Bakar membelanya dan melepaskan ikatan tersebut sambil berkata, “ Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena ia menyatakan, ‘ Rabbku ialah Allah  padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Rabbmu?”(Al-Mu’minun:28).[28]

Jasa-Jasa Abu Bakar ash-Shiddiq

Abu Bakar ash-Shiddiq  adalah sahabat yang pertama kali masuk Islam dan selalu menyertai Rasulullah ﷺ sepanjang hidupnya, baik di Mekkah maupun Madinah. Tidak hanya itu, beliau adalah sahabat Rasulullah ﷺ sekaligus teman bermusyawarah dan wazir bagi beliau. Ditangan Abu Bakarlah para senior sahabat masuk Islam seperti Utsman bin Affan, az-Zubair bin al-Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah.[29]

Abu Bakar setia mendampingi Rasulullah ﷺ dalam menghadapi berbagai macam halangan dan rintangan, siap membela beliau dengan sepenuh jiwa, bahkan beliau pula yang telah membebaskan banyak budak-budak yang disiksa karna masuk Islam seperti Bilal, Amir bin Fuhairah, Ummu Ubaisy, Zinnirah, Nahdiyyah dan kedua putrinya, serta seorang budak wanita milik Bani Muammal.[30]

Setelah menjabat sebagai khalifah, maka beliaulah yang bertugas dan bertanggungjawab terhadap seluruh negeri islam dan wilayah kekhalifahannya sepeninggal Rasulullah ﷺ, dan disinilah tercatat sejumlah reputasi beliau yang gemilang, diantaranya:

  1. Menginstruksikan agar jenazah Rasulullah ﷺ diurus hingga dikebumikan
  2. Melanjutkan misi pasukan yang dipimpin Usamah yang sebelumnya telah dipersiapkan Rasulullah sebelum wafat,
  3. Menyatukan persepsi seluruh sahabat untuk memerangi kaum murtad dengan segala persiapan ke arah itu, kemudian menginstruksikan untuk memerangi seluruh kelompok yang murtad di wilayah mereka masing-masing.
  4. Ibnu Katsir berkata, “ Pada tahun 12 Hijriyah Abu bakar ash-Shiddiq memerintahkan Zaid bin Tsabit agar mengumpulkan Al-Quran dari berbagai buku tulis (batu sabak), pelepah kurma dan dari yang di hafal dalam dada kaum muslimin. Peristiwa itu terjadi setelah para Qari’penghafal al-Quran banyak yang terbunuh dalam peperangan Yamamah, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab shahih al-bhukhari.[31]
  5. Pengiriman pasukan untuk menyebarkan Agama Allah kepada bangsa-bangsa yang bertetangga dengan kaum muslimin, baik kepada penduduk Persia maupun penduduk Syam, dalam rangka merealisasikan Firman Allah, “Hai orang-orang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan darimu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (At-Taubah:123).[32]

Para hakim, sekretaris dan pemungut zakat di masa kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq

Sebelum Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, profesi beliau adalah seorang pedagang, setelah dilantik sebagai khalifah, maka sebagaimana biasanya beliau berangkat ke pasar untuk berdagang. Di jalan beliau bertemu dengan Umar bin al-Khatthab dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah, keduanya menghampirinya dan berkata, “ Profesimu sebagai pedagang kini sudah tidak sesuai lagi sejak engkau mengemban amanat yang besar ini.” Abu Bakar ash-Shiddi menjawab, “ jika tidak dengan berdagang seperti ini, bagaimana aku dapat menghidupi anak istriku?” Keduanya menjawab, “ Mari ikut kami agar kami siapkan gaji untukmu.”. Maka sejak itu Abu Bakar diberi gaji setengah kambing dan dijamin baginya pakaian beserta sandang pangan, Umar berkata, “ Biarlah aku mengurusi masalah qadha (peradilan),” Selanjutnya Abu Ubaidah berkata, “Serahkan kepadaku urusan pajak.” Umar berkata,” Sejak aku menjabat sebagai Qadhi di peradilan, selama sebulan penuh aku duduk menganggur, tidak satupun terjadi persengketaan antara dua orang.”[33]

Dan yang menjadi sekretaris dan juru tulisnya adalah Zaid bin Tsabit, Utsman bin Affan, atau siapa yang hadir ketika itu disisi beliau. Gubernur untuk wilayah Mekkah adalah Attab bin Asid, untuk wilayah Tha’if adalah Utsman bin Abi al-Ash, untuk wilayah Shan’a adalah Muhajir bin Abi  Umayyah, untuk wilayah Hadhramaut adalah Ziyad bin Labid, untuk wilayah Khaulan adalah Ya’la bin Umayyah, untuk wilayah Zabid dan Rima’[34] adalah Abu Musa al-Asy’ari, untuk wilayah al-Janad[35] adalah Mu’adz bin Jabal, untuk wilayah Bahrain adalah al-Ala’ bin al-Hadhrami.

Wafatnya Abu Bakar ash-Shiddiq

1. Usia dan waktu Abu Bakar ash-Shiddiq Wafat

Masa kekhalifahan Abu Bakar berlangsung selama 2 tahun 3 bulan.[36] Beliau wafat pada usia 63 tahun,[37] persis dengan usia Nabi ﷺ. Akhirnya Allah mengumpulkan jasad mereka dalam satu tanah, sebagaimana Allah mengumpulkan mereka dalam kehidupan[38]

Al-hafidz Ibnu Katsir berkata, “Abu Bakar ash-Shiddiq wafat pada hari senin di malam hari, ada yang mengatakan bahwa Abu Bakar wafat setelah magrib ( malam selasa) dan dikebumikan pada malam itu juga yaitu tepatnya 8 hari sebelum berakhirnya bulan Jumadil Akhir tahun 13 H, setelah beliau mengalami sakit selam 15 hari. Pada waktu itu Umar menggantikan posisinya sebagai imam kaum muslimin dalam shalat. Ketika sakit, beliau menuliskan wasiat agar tampuk pemerintahan kelak diberikan kepada Umar bin al-Khatthab, dan yang menjadi juru tulis waktu itu adalah Utsman bin Affan. Setelah surat wasiat selesai, segera dibacakan kepada segenap kaum muslimin, dan mereka menerimanya dengan segala kepatuhan dan ketundukan.[39]

2. Sebab Abu Bakar ash-Shiddiq sakit dan wafat

 Disebutkan, bahwa sebab beliau jatuh sakit dan wafat adalah karena beliau dan al-Harits –seorang dokter yang masyhur- pernah memakan khazirah[40], yang dihadiahkan kepada Abu Bakar, maka setelah memakan daging itu, al-Harits berkata, “ Angkatlah tangan Anda wahai khalifah Rasulullah, demi Allah, sesungguhnya daging ini telah beracun, maka Abu Bakar segera mengangkat tangannya, dan sejak itu keduanya selalu merasa sakit hingga akhirnya keduanya wafat satu tahun kemudian.[41]

Versi lain ada yang mengatakan bahwa sebab wafatnya beliau karna beliau mandi pada waktu musim dingin yang amat sangat, yang membuat beliau demam lalu wafat karena itu.[42]

3. Syair Abu Bakar ash-Shiddiq sebelum meninggal

Dalam keadaan sakit, beliau melantunkan sebuah bait syair,

Engkau selalu memberikan kabar duka cita atas kematian kekasihmu

Hingga kini engkaulah yang akan diberitakan itu

Seorang anak muda boleh jadi berharap sesuatu

Namun dia meninggal dunia sebelum mendapatkannya[43]

Ketika sakaratul maut pertanda ajal yang akan menjemputnya datang, putrinya, Aisyah, Ummul Mukminin, membacakan sebuah bait syair,

Demi Allah, orang-orang yang banyak ini tidak bisa tidak butuh darimu wahai laki-laki,

Apabila suatu hari ruh keluar masuk yang membuat dada sempit.”

Mendengar itu beliau memandang kepada Aisyah seolah-olah marah dan berkata, “ jangan katakana demikian wahai Ummul Mukminin, namun bacakan (Firman Allah),

Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari padanya.”[44]

4. Wasiat Abu Bakar ash-Shiddiq sebelum wafat

Sebelum wafat, beliau telah mewasiatkan agar seperlima dari hartanya disedekahkan, sembari berkata, “ Aku akan menyedekahkan hartaku sejumlah yang Allah ambil dari harta fa’i kaum muslimin.[45]

Diantara wasiat beliau kepada Aisyah, “ Aku tidak mengetahui bahwa Abu Bakar (aku ini) punya sesuatu dari harta kecuali hewan yang banyak air susunya itu, serta ash-shaiqal budak yang selalu membantu kita untuk membuat pedang kaum muslimin. Karna itu jika aku wafat tolong berikan seluruhnya kepada Umar.” Ketika Aisyah menunaikan wasiat itu kepada Umar, maka Umar berkata, “ semoga Allah merahmati Abu Bakar, sesungguhnya dia telah membuat kesulitan (untuk mengikutinya) bagi orang-orang yang menjadi khalifah setelahnya.[46]

Ketika Salma al-Farisi datang menjenguknya, Salman berkata, “Wahai Khalifah Rasulullah ﷺ, berikan aku wasiat, sebab kulihat engkau tidak akan dapat lagi melakukannya setelah hari ini.” Maka Abu Bakar menjawab,” Tentu wahai Salman. Akan terjadi penaklukan (negeri-negeri kafir) tapi aku tidak pernah mengetahui apa-apa yang engkau peroleh dari bagianmu yang dapat engkau makan dan engkau masukkan ke dalam perutmu, atau apa-apa yang dapat keu kenakan diatas punggungmu (pakaianmu). Dan ketahuilah sesungguhnya barangsiapa yang mengerjakan shalat lima waktu, maka dia telah berada dalam lindungan Allah pada pagi hari maupun sore harinya; maka jangan sampai engkau membunuh seseorang muslim, karna kelakk pasti Allah akan menuntutmu di Hari Kiamat dan mencampakkan dirimu dalam keadaan tersungkur dengan wajahmu ke dalam neraka.[47]

5. Pemakaman Abu Bakar ash-Shiddiq

Ibnu Sa’ad menyebutkan dengan sanadnya dari Al-Qashim bin Muhammad, dia berkata,” Abu Bakar dikafankan dalam dua kain, kain yang berwarna putih, dan satu lagi berwarna lain, beliau berpesan, ‘Sesungguhnya orang yang masih hidup lebih membutuhkan kain dari orang yang telah mati, sebab kain kafan hanyalah menutup apa-apa yang akan keluar dari hidung maupun mulutnya,”[48] Beliau dimakamkan bersama Rasulullah ﷺ di dalam kamar (Aisyah) dan beliau dishalatkan oleh Umar bin al-Khatthab.[49]

 

[1] Thabaqat Ibnu Sa’ad, 3/169, Tarikh at-Thabari, 3/425

[2] Ibid

[3]  Lihat kitab Tartib wa Tahdzib kitab al bidayah wan Nihayah, oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir, yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan Al-Atsari, Penerbit: Darul Haq, hal.5

[4] Thabaqat Ibnu Sa’ad, 3/188, Tarikh at-Thabari, 3/425

[5] Thabaqat Ibnu Sa’ad, 3/188, semakna dengan perkataan ini terdapat dalam ath-Thabari, 3/524

[6] Lihat kitab Tartib wa Tahdzib kitab al bidayah wan Nihayah, oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir, yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan Al-Atsari, Penerbit: Darul Haq, hal.6

[7]  Lihat kitab Tartib wa Tahdzib kitab al bidayah wan Nihayah, oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir, yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan Al-Atsari, Penerbit: Darul Haq, hal.6

[8] Thabaqat Ibnu Sa’ad, 3/169,174  dan Tarikh ath-Thabari, 3/426

[9] Nama tempat yang berada di Awal al- Madinah, disitulah perkampungan Bani al-Harits bin al-Khazraj ( Mu’jam al-Buldan, 3/265)

[10] Lihat kitab Tartib wa Tahdzib kitab al bidayah wan Nihayah, oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir, yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan Al-Atsari, Penerbit: Darul Haq, hal.7

[11] Lihat Al-Bidayah wa an-Nihayah ,3/26

[12] Lihat kitab Tartib wa Tahdzib kitab al bidayah wan Nihayah, oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir, yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan Al-Atsari, Penerbit: Darul Haq, hal.6-7

[13] Lihat Shahih al-Bukhari, 4/189-197

[14] Al-Quran Surat At-Taubah :40

[15] Lihat kitab Tartib wa Tahdzib kitab al bidayah wan Nihayah, oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir, yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan Al-Atsari, Penerbit: Darul Haq, hal.8

[16] Lihat kitab Tartib wa Tahdzib kitab al bidayah wan Nihayah, oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir, yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan Al-Atsari, Penerbit: Darul Haq, hal.10-11

[17] Lihat kitab Tartib wa Tahdzib kitab al bidayah wan Nihayah, oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir, yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan Al-Atsari, Penerbit: Darul Haq, hal.13

[18] Lihat kitab Tartib wa Tahdzib kitab al bidayah wan Nihayah, oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir, yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan Al-Atsari, Penerbit: Darul Haq, hal.14

[19] Lihat kitab Tartib wa Tahdzib kitab al bidayah wan Nihayah, oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir, yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan Al-Atsari, Penerbit: Darul Haq, hal.6

[20] Lihat kitab Tartib wa Tahdzib kitab al bidayah wan Nihayah, oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir, yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan Al-Atsari, Penerbit: Darul Haq, hal.15

[21] Lihat kitab Tartib wa Tahdzib kitab al bidayah wan Nihayah, oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir, yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan Al-Atsari, Penerbit: Darul Haq, hal.15-16

[22] Lihat kitab Tartib wa Tahdzib kitab al bidayah wan Nihayah, oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir, yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan Al-Atsari, Penerbit: Darul Haq, hal.16-17

[23] Lihat kitab Tartib wa Tahdzib kitab al bidayah wan Nihayah, oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir, yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan Al-Atsari, Penerbit: Darul Haq, hal.17-18

[24] Al-Quran Surat An-Nisa’:43

[25] Lihat kitab Tartib wa Tahdzib kitab al bidayah wan Nihayah, oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir, yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan Al-Atsari, Penerbit: Darul Haq, hal.18

[26] Lihat kitab Tartib wa Tahdzib kitab al bidayah wan Nihayah, oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir, yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan Al-Atsari, Penerbit: Darul Haq, hal.18-19

[27] Lihat kitab Tartib wa Tahdzib kitab al bidayah wan Nihayah, oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir, yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan Al-Atsari, Penerbit: Darul Haq, hal.18

[28] Lihat kitab Tartib wa Tahdzib kitab al bidayah wan Nihayah, oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir, yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan Al-Atsari, Penerbit: Darul Haq, hal.19

[29] Ibnu Hisyam, as-Sirah an-Nabawiyah, 1/317

[30] Ibid,1/393

[31] Al-Bidayah wa an-Nihayah, 6/353

[32] Lihat kitab Tartib wa Tahdzib kitab al bidayah wan Nihayah, oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir, yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan Al-Atsari, Penerbit: Darul Haq, hal.23

[33] Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad, ath-Thabaqat al-Kubra, 3/184 dengan sanad yang  perawinya adalah orang-orang yang tsiqah namun sanadnya mursal. Setelah itu dia berusaha menyebutkan riwayat lainnya sebagai syahid( penguat). Adapun perkataan Umar, “ serahkan padaku urusan qadha.” Dan perkataan abu Ubaidah, “ Serahkan kepadaku urusan pajak.” Maka ini memiliki syahid (penguat) yang diriwayatkan oleh al-baihaqi dalam sunan al-kubra, 1/187. Al-Hafidz berkata dalam al-Fath, 13/129, “ sanadnya kuat.” (Lihat kitab Tartib wa Tahdzib kitab al bidayah wan Nihayah, oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir, yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan Al-Atsari, Penerbit: Darul Haq, hal.24)

[34] Rima’ adalah nama sebuah lembah di yaman disamping Wadi Zabid dan dibawah Rima’ terdapat sumber air yang disebut dengan Ghassan (Mu’jam al-Buldan,3/68)

[35] Al-Janad adalah salah satu dari istana Yaman dan tempat berdiamnya penguasa (Mu’jam al-Buldan,2/169)

[36] Thabaqat Ibnu Sa’ad, 3/202; Tarikh ath-Thabari, 3/420 dan dia menambahkan masa kekhalifahannya lebih sepuluh hari, adapun Ibnu Katsir menghapus hitungan  malam hari, begitu pula Ibnu Sa’ad, ada juga yang menyebutkan pendapat lainnya.

[37] Ibnu Sa’ad, dan ini disepakati, 3/202

[38] Lihat kitab Tartib wa Tahdzib kitab al bidayah wan Nihayah, oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir, yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan Al-Atsari, Penerbit: Darul Haq, hal.26

[39] Thabaqat Ibnu Sa’ad, 3/202; Tarikh ath-Thabari, 3/420

[40] Yaitu daging yang telah lewat satu hari, yang dicampur dengan tepung setelah dimasak (Al-lisan, 4/237) Lihat kitab Tartib wa Tahdzib kitab al bidayah wan Nihayah, oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir, yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan Al-Atsari, Penerbit: Darul Haq, hal.26

[41] AthThabaqat Al-qubra , 3/198

[42] Lihat kitab Tartib wa Tahdzib kitab al bidayah wan Nihayah, oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir, yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan Al-Atsari, Penerbit: Darul Haq, hal.26

[43] AthThabaqat Al-qubra , 3/198

[44] Al-Quran Surat Qaf : 19  (Lihat kitab Tartib wa Tahdzib kitab al bidayah wan Nihayah, oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir, yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan Al-Atsari, Penerbit: Darul Haq, hal.27)

[45] Thabaqat Ibnu Sa’ad, 3/194

[46] Ath- Thabaqat Al-Qubra, 3/192 dengan sanad yang sahih

[47] Ath- Thabaqat Al-Qubra, 3/193 dengan sanad la ba’sa bihi (tidak mengapa dapat diterima)

[48] Ath- Thabaqat Al-Qubra, 3/204 dengan sanad yang shahih. Dan dia menyebutkan riwayat lain seputar masalah ini.

[49] Lihat kitab Tartib wa Tahdzib kitab al bidayah wan Nihayah, oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir, yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan Al-Atsari, Penerbit: Darul Haq, hal.28