Aisyah

Beliau adalah Ibunda kaum muslimin dan wanita terpandai yang Allah anugerahkan bagi umat islam [1]. Beliau telah menyumbang ilmu yang begitu banyak bagi kaum muslimin. Beliau telah meriwayatkan kurang lebih 2210 hadits. Diantaranya 174 hadits diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab shahih keduanya; ditambah 54 hadist yang hanya diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari saja; dan 69 hadist yang hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim saja [2].

Beliau adalah wanita dan istri yang paling dicintai oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam serta merupakan satu-satunya istri nabi yang dinikahi dalam keadaan gadis. Beliau adalah seorang wanita yang putih bersih. Al-Humaira (yang kemerah-merahan) adalah salah satu gelar yang disandangnya [3].

Nasab

Beliau adalah Aisyah bintu Abi Bakr Ash-Shiddiq (Abdullah) bin Abu Quhafah (‘Utsman) bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka’b bin Sa’d bin Taim bin Murrah bin Ka’b bin Luaiy [4] Al-Qurasyiyyah At-Taimiyyah Al-Makkiyyah An-Nabawiyyah [1].

Nasab beliau dari ayahnya (Abu Bakr) bertemu dengan nasab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada kakek mereka yang bernama Murrah.

Al-Qurasyiyyah berarti beliau dari suku Quraisy. At-Taimiyyah berarti beliau merupakan salah satu keturunan suku At-Taimi, yang mana Taim merupakan kakek beliau yang ke-enam. Al-Makkiyyah berarti beliau merupakan seorang wanita yang dilahirkan di Makkah. Dan An-Nabawiyyah yang memiliki makna bahwa beliau akhirnya tinggal di Madinah An-Nabawiyyah.

Sedangkan ibu beliau adalah Ummu Rumman (Zainab [5]) bintu ‘Amir bin ‘Uwaimir Al-Kinaniyyah [6].

Lahir

Aisyah dilahirkan sekitar empat atau lima tahun setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallamdiutus [6]. Sehingga bisa disimpulkan bahwa umur beliau saat menikah kurang lebih enam tahun. Karena pernikahan beliau sekitar tahun 10 setelah nabi diutus.

Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahinya saat beliau berumur enam tahun, dan mulai membangun rumah tangga bersama, saat umur sembilan tahun dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat saat beliau berumur delapan belas tahun. [7]

Menikah dengan Rasulullah

Suatu saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Aisyah “engkau terlihat dalam mimpiku dua kali.” “Ketika itu ada seorang laki-laki yang datang membawamu pada potongan kain sutra,” jelas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Laki-laki tersebut (Beliau adalah jibril [8]) berkata: “Ini adalah istrimu”, Kemudian beliau melanjutkan ceritanya : “Maka aku bukalah penutup kain tersebut, ternyata itu adalah engkau wahai Aisyah.” “Maka akupun berkomentar tentang mimpi tersebut : “Jika mimpi ini dari Allah pasti akan terjadi.”” [9]

Pujian-pujian Ulama

Berkata ‘Atha’ bin Abi Rabaah: “Secara garis besar Aisyah adalah orang yang terpandai, paling tahu tentang agama, dan paling baik pendapatnya.” [10]

Berkata ‘Urwah bin Zubair: “Aku tidak pernah melihat orang lain yang sepandai Aisyah dalam bidang fiqih, obat-obatan, dan syair.” [10]

Berkata sahabat nabi Abu Musa Al-Asy’ari: “Tidaklah kami menemukan suatu persoalan yang rumit, kemudian kami bertanya kepada Aisyah kecuali pasti akan kami temukan ilmu padanya.” [10]

Perbandingan antara Aisyah dan Wanita-wanita Lainnya

فَضْلُ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ، كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ

Keutamaan ‘Aisyah jika dibandingkan dengan wanita-wanita lainnya sebagaimana perbandingan antara ats-tsarid dengan makanan-makanan lainya.[11]

Ats-tsarid adalah makanan favorit orang arab ketika itu, terdiri dari potongan-potongan daging dan roti yang dicampur kedalam kuah. Permisalan ini, memberikan makna bahwa Aisyah memiliki keutamaan yang lebih diantara wanita-wanita yang lainnya, akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa disana ada wanita-wanita lain yang melebihi keutamaan Aisyah.

Ibnu Hajar, dalam Fath Al-Bari menjelaskan permasalahan ini dengan berkata: “Hadist ini, tidak menunjukan bahwa tidak ada wanita lain yang lebih baik dan utama dari Aisyah. Hal tersebut disebabkan, karena tsarid merupakan makanan yang unggul dalam hal kemudahan memperolehnya, mudah perncernaannya dan dan terfavorit dimasa itu. Dan itu semua tidak mengharuskan Aisyah memiliki keutamaan dan keunggulan disetiap sisinya. Bisa jadi disana ada wanita lainnya yang lebih baik dan unggul dari pada Aisyah jika dipandang dari sudut pandang yang lain. Kemudian beliau menyebutkan beberapa wanita yang juga memiliki keunggulan yang lebih semisal Khadijah, Fathimah, Maryam.” [12]

Rahasia permisalan nabi

Rahasia atau alasan kenapa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memisalkan Aisyah dengan tsarid dikarenakan Aisyah memiliki akhlak yang terpuji dan postur tubuh yang baik, manis tutur katanya, pandai dalam merangkai kata, bakat-bakat yang menonjol, akal dan pendapat yang baik, paling bisa membahagiakan suami, sehingga beliau sangat enak untuk diajak berbicara dan bercerita, dan satu lagi yang menunjukan keunggulan beliau adalah hafalan beliau terhadap sunnah-sunnah nabi yang sampai kepada kita yang tidak ada wanita lain yang menandinginya [13].

Keutamaan Lainnya

Wanita yang paling dicintai Nabi

Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dikitab shahih keduanya tentang pertanyaan ‘Amr bin Al-‘Ash. Beliau berkata  : “Siapakah orang yang paling engkau cintai, wahai Rasulullah ?”. “Aisyah” jawab nabi. “Kalau dari kalangan laki-laki, siapakah ia ?”. “Ayahnya” jawab beliau dan yang beliau maksud adalah Abu Bakr. “Kemudian siapa lagi ?“ kejar ‘Amr. “Umar”. Dan beliau menyebutkan beberapa orang lainnya. Karena nama beliau (‘Amr bin Al-‘Ash) tidak segera nabi sebutkan akhirnya beliau menghentikan pertanyaannya karena takut jikalau ia akan menjadi orang yang terakhir disebutkan oleh nabi [14].

Mendapat salam dari Jibril

Merupakan suatu kemuliaan jika ada seorang manusia yang mendapatkan salam dari malaikat. Diantara sahabat nabi ada beberapa orang yang mendapatkan salam dari malaikat, diantaranya adalah Aisyah. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu saat menyampaikan kepada Aisyah : “Wahai Aisy, ini ada Jibril, beliau menyampaikan salam kepada mu.” [15]

Kisah Al-Ifk

الدُّنْيَا دَارُ الْبَلَاءِ وَالْآَخِرَةُ دَارُ الْجَزَاءِ

Dunia adalah tempat ujian  dan negeri akherat adalah tempat pembalasan, begitu kata para ulama. Setiap orang akan mendapat bagiannya masing-masing dari ujian dunia ini. Semakin tinggi keimanan seseorang maka ujiaannya pun semakin besar. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyampaikan dalam suatu hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya :

إِنَّ مِنْ أَشَدِّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءَ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

Sesungguhnya orang yang paling berat cobaannya adalah para nabi, kemudian yang semisalnya, kemudian yang semisalnya, kemusian yang semisalnya.[16]

Ibunda kita pun tidak luput dari ujian dan cobaan, diantaranya adalah saat-saat beliau dituduh berzina Shafwan bin Al-Mu’aththal, padahal beliau adalah istri seorang nabi, anak seorang yang mulia, sehingga cobaan tersebut terasa berat bagi keluarga nabi, sampai-sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam harus meminta saran dari beberapa sahabat yang mulia, seperti Ali, seorang yang dekat kedudukannya dengan nabi sebagaimana kedudukan Nabi Harun dengan Nabi Musa. Kemudian beliau juga meminta saran kepada Usamah bin Zain. Seorang yang memiliki gelar “Hubb An-Nabi” adalah seorang yang sangat dicintai nabi. Begitu juga kepada budak Aisyah, Barirah. Hal itu disebabkan wahyu tidak kunjung datang hingga sebulan lamanya. Karena beratnya cobaan itu, Aisyah sampai menangis satu hari dua malam, setelah kabar itu sampai kepada beliau setelah berlalu selama sebulan lamanya.

Saat nabi menasihati Aisyah untuk mengaku, air mata Aisyah tak terhenti dan beliau hanya mampu mengatakan: “Demi Allah, Kalian telah mendengar berita itu, dan sepertinya kalian membenarkan berita ini serta menghujam kuat dihati kalian, Jikalau aku mengingkari tuduhan tersebut -dan Allah tahu bahwa aku terbebas dari tuduhan tersebut- kalian pasti akan menginkarinya dan tidak mempercayaiku, namun jika aku mengakui perbuatan itu –dan Allah tahu bahwa aku tidak melakukannya- pasti kalian akan membenarkannya, demi Allah, aku hanya bisa mengucapkan sebagaimana yang Ayah Nabi Yusuf  ucapkan

قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّـهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّـهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ ﴿٨٦

Ya’qub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya.” [17]

Setelah itu beliau membalikan badannya kemudian berbaring diatas ranjang beliau.

Tidak lama kemudian Allah turunkan pembelaan setelah penantian yang begitu lama, setelah ujian kesabaran yang tidak ringan dengan diturunkannya surat An-Nur Ayat 11-20.

Setelah surat itu turun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Aisyah : “Wahai Aisyah, Allah telah mensucikan mu dari tuduhan keji itu.” [18] Suasana saat itu begitu mengharukan beberapa orang yang membaca dan menghayati kisah ini seringkali air mata menetes tanpa terasa. Sangat mengharukan!

Referensi

  1. Siyar A’lam An-Nubala, 1/135
  2. Siyar A’lam An-Nubala, 1/139
  3. Siyar A’lam An-Nubala, 2/140
  4. Ath-Thabaqat Al-Kubra, 8/46
  5. Taqrib At-Tahdzib, 8730
  6. Al-Ishabah, 8/231
  7. HR. Muslim no. 1422
  8. HR. At-Tirmidzi no. 3880
  9. HR. Al-Bukhari no. 5078 dan Shahih Muslim no. 2438
  10. Al-Ishabah, 8/233
  11. HR. Al-Bukhari no. 3411, 3433, 3769, 3770, 5418, 5419, 5428 dan Muslim no. 2431, 2446
  12. Fath Al-Bari, 6/447
  13. Tuhfah Al-Ahwadi, 10/261
  14. HR. Al-Bukhari no. 3662, 4358 dan Muslim no. 2384
  15. HR. Al-Bukhari no. 3768, 6201, 6253
  16. HR. Ahmad no. 27079
  17. QS. Yusuf : 86
  18. HR. Al-Bukhari no. 2661, 4141 dan Muslim no. 2770