Ibnu Utsaimin

Nama Lengkap

Muhammad bin Shalih bin Muhammad bin Sulaiman bin Abdurrahman bin Utsman bin Abdillah bin Abdurrahman bin Ahmad bin Muqbil al-Wuhaibi at-Tamimi, beliau lebih masyhur disebut dengan Syaikh Utsaimin karena dinisbatkan kepada kakek beliau yang keempat yaitu Utsman yang sering dipanggil dengan sebutan Utsaimin, kunyah beliau Abu Abdillah.

Nenek moyang beliau berasal dari daerah Wasym namun di kemudian hari mereka hijrah dan berpindah ke daerah Unaizah (sebuah daerah di wilayah Qasiim Saudi Arabiya) yang menjadi tempat kelahiran Syaikh Utsaimin rahimahullah.

Kelahiran dan Masa Kecil

Syaikh dilahirkan di tengah keluarga yang mulia dan mencintai ilmu syar’i, bahkan Syaikh sempat menimba ilmu pada beberapa sanak saudara beliau di fase-fase awal perjalanan belajar beliau termasuk kepada salah seorang keluarga beliau dari garis ibu yaitu Syaikh Abdurrahman bin Sulaiman alu Damigh rahimahullah.

Syaikh dilahirkan di Unaizah pada tanggal 27 Ramadhan tahun 1437 H.

Di tengah menggeliat dan mulai tumbuhnya ekonomi, politik dan sosial Kerajaan Saudi Arabia pasca takluknya hampir seluruh wilayah arab kepada Raja Abdul Aziz alu Saud tahun 1351 H terutama setelah ditemukannya sumur minyak bumi tahun 1357 H, kondisi keamanan dan ketertiban kerajaan ikut memberi andil terhadap kenyamanan para penuntut ilmu untuk menimba ilmu, umur Syaikh saat itu sudah menginjak tahun kesepuluh dan beliau sudah mulai menapaki jalan menuntut ilmu, Syaikh pernah mengatakan: “Saya mulai menuntut ilmu pada saat umur saya kurang lebih sembilan tahun.” [1]

Syaikh mulai menuntut ilmu di tengah kondisi ekonomi keluarga beliau yang serba susah, bahkan Syaikh pernah menceritakan bagaimana kondisi kamar tempat beliau membaca buku pelajaran beliau : “Kamar yang dibangun dengan tanah, di depannya terdapat kandang sapi.” [2]

Masa Menuntut Ilmu

Di antara faktor yang memudahkan Syaikh dalam menuntut ilmu adalah kecerdasan, kuatnya hafalan dan kesabaran beliau, hal yang diketahui oleh setiap orang yang pernah bergaul dengan Syaikh.

Pada fase ini, Syaikh mulai mempelajari ilmu kitabah (cara menulis), kemudian Syaikh mulai menghafal al-Qur’an, dan setelah taufiq dari Allah kemudian kuatnya hafalan Syaikh, membuat beliau mampu menghfal al-Qur’an dalam waktu yang sangat singkat. Salah seorang guru Syaikh yang bernama Ibrahim bin Ahmad al-Jathili mengatakan: “Dia (Syaikh Utsaimin) berhasil menghafal al-Qur’an dalam jangka waktu enam bulan pada gurunya yang buta bernama Ali bin Abdillah as-Syuhaitan.” [3]

Pada fase berikutnya, Syaikh mulai menuntut ilmu kepada para masyaikh beliau, di antara guru beliau pada fase ini adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz al-Muthawwi yang ditunjuk oleh Syaikh Abdurrhman bin Nashir as-Sa’di untuk mengajarkan para penuntut ilmu pemula termasuk Syaikh Utsaimin sebelum para penuntut ilmu itu duduk di majlis Syaikh as-Sa’di, Syaikh Utsaimin berkata:”Saya termasuk yang mendapat bagian untuk belajar kepa Syaikh al-Muthawwi’.”

Duduk di Majlis Syaikh as-Sa’di

Setelah Syaikh Utsaimin menimba ilmu di majlis Syaikh al-Mthawwi, dan beliau sudah dianggp menguasai berbagai kaidah-kaidah dasar setiap disiplin ilmu maka beliau mulai menghadiri majlis syaikh yang paling banyak memberi pengaruh kepada beliau dalam berbagai sisi yaitu Syaikh Abdurrahman as-Sa’di.

Syaikh Utsaimin duduk di majlis as-Sa’di kurang lebih slama 11 tahun lamanya, mulai tahun 1365 H hingga Syaikh as-Sa’di wafat tahun 1376 H. [4]

Kesungguhan Syaikh Utsaimin dalam menuntut ilmu sangat nampak sekali terutama ketika beliau menimba ilmu kepada guru utama beliau Syaikh as-Sa’di, diceritakan oleh Syaikh al-Munajjid:”Saya diceritakan oleh putra Syaikh as-Sa’di bahwa Syaikh Utsaimin sangat semangat dalam menimba ilmu kepada ayahnya, bahkan pada suatu kesempatan pernah Syaikh as-Sa’di akan menghadiri sebuah undangan, lalu di sepanjang perjalanan Syaikh Utsaimin menyertai Syaikh as-Sa’di sembari menanyakan berbagai masalah ilmu kepada Syaikh as-Sa’di.” [5] Semangat Syaikh Utsaimin dalam menimba ilmu kepada Syaikh as-Sa’di rupanya memberi pengaruh besar dalam perjalanan menuntut ilmu Syaikh Utsaimin bahkan dalam segala sisi kehidupannya, banyak orang menilai bahwa dari segi akhlak, kelembutan, cara berdakwah serta mengajar dan cara bergaul dengan orang lain Syaikh Utsaimin banyak dipengaruhi oleh Syaikhnya as-Sa’di.

Syaikh Utsaimin pernah mengatakan: “Sangat jarang sekali ada seorang sepeti Syaikh as-Sa’di, dari segi ibadah, ilmu dan akhlaknya, beliau bergaul dengan setiap orang sesuai dengan keadaannya. Memperhatikan orang-orang miskin dan memberi mereka akan kebutuhan mereka, beliau selalu sabar terhadap berbagai gangguan orang lain, selalu memberi maaf kepada orang yang mengganggu beliau.” [6] Pada kesempatan yang lain Syaikh Utsaimin pernah mengatakan sembari memuji Syaikh as-Sa’di:”Begitu juga, Syaikh as-Sa’di memberi pengaruh kepada saya dari segi akhlak mulia, walupun beliau orang yang berilmu dan seorang yang banyak beribadah, namun beliau juga terkadang mencandai anak-anak kecil, tertawa bersama orang-orang tua, sangat jarang saya menemukan orang yang memiliki akhlak seperti beliau.” [7]

Pada kesempatan yang lain, Syaikh Utsaimin menceritakan bagaimana Syaikh as-Sa’di memberi pengaruh kepada beliau dalam cara menyampaikan pelajaran: “Saya terpanguruh dengan Syaikh as-Sa’di dari segi cara menyampaikan pelajaran, menyajikan ilmu dengan memakai contoh dan pemahaman.” [8]

Pernah di suatu kesempatan tatkala Syaikh Utsaimin menyampaikan pelajaran, beliau ditanya oleh salah seorang murid beliau : Wahai Syaikh! mohon dijelaskan bagaimana tariqatu tadris (metode mengajar) Syaikh as-Sa’di.” Maka Syaikh Utsaimin menjawab:”Kamu perhatikan cara saya mengajar dan itulah cara mengajarnya Syaikh as-Sa’di rahimahullah.”

Guru-guru

Syaikh menimba ilmu kepada banyak masyaikh dan guru, di antaranya:

  • Syaikh Abdulaziz al-Mutawwi’, Syaikh Utsaimin belajar dasar-dasar berbagai disiplin ilmu kepada beliau sebelum duduk di majlis Syaikh as-Sa’di .
  • Syaikh Abdurrahman bin Nasir as-Sa’di, Syaikh yang paling banyak mempengaruhi perjalanan menuntut ilmu beliau, Syaikh Utsaimin menimba ilmu pada Syaikh as-Sa’di kurang lebih selama 11 tahun.
  • Syaikh Ali bin Hamd as-Shalihi, beliaulah yang memberi rekomendasi dan saran kepada Syaikh Utsaimin agar melanjutkan perjalanan menuntut ilmu ke ma’had ilmi di kota Riyadh setelah meminta saran dari Syaikh as-Sa’di.
  • Syaikh Abdulaziz bin Baz, mengajar beliau tatkala Syaikh Utsaimin belajar di ma’had ilmi di kota Riyadh Saudi Arabia.
  • Syaikh Muhammad Amin as-Syinqity, mengajar Syaikh saat beliau menimba ilmu di ma’had ilmi Riyadh.
  • Syaikh Abdurrazzak Afifi, mengajar beliau saat belajar di ma’had ilmi Riyadh
  • Syaikh Abdurrahman al-Ifriqi, mengajar beliau di ma’had ilmi Riyadh
  • Syaikh Muhammad Sarhan al-Misri, mengajar beliau di ma’had ilmi
  • Syaikh Muhammad Mukhtar as-Syinqiti juga mengajar beliau di ma’had ilmi Riyadh
  • Dan lain-lain

Karya-karya

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsimin memilki buah karya tulis yang banyak sekali, di antaranya ada yang merupakan hasil tulis tangan beliau semasa hidup dan ada pula yang merupakan kumpulan fatwa, penjelasan saat menyampaikan pelajaran dan risalah beliau yang diterbitkan semasa hidub beliau ataupun sepeninggal beliau:

  • Fathu Rabbil Bariyyah bi Talkhis al-Hamawiyyah, kitab yang merupakan buah karya awal beliau.
  • al-Ushul min Ilmil Ushul
  • Mustalahul Hadits
  • Risalah fil Wudhu wal Gusli was Shalat
  • Tashilul Fara’idh
  • al-Manhaj li Muridil Hajji wal Umrati
  • Risalah fi Kufri Tarikis Shalat
  • Risalah fil Udhiyyah waz Zakat
  • Majalis Syahri Ramadhan
  • Syarah al-Aqidah al-Wasithiyyah
  • al-Qaulul Mufid Syarh Kitab at-Tauhid
  • Aqidatu Ahlis Sunnah wal Jama’ah
  • Risalah fil Mudayanah wa Aqsamuha
  • Risalah fi Musqilatis Syabab
  • Risalah fi Wujub Zakatil Huliyyi
  • Risalah fil Mashi alal Khuffaini
  • Risalah fid Dima’ at-Tabi’iyyah lin Nisa’
  • Risalah fi Zaadid Da’iyah Ilallahi
  • Risalah fil Wushul ilal Qamari
  • Mukhtarat min Zadil Ma’ad
  • Itsnan wa Khamsun Su’alan an Ahkamil Haidh
  • Dan lain-lain

Wafat

Syaikh Utsaimin wafat di Jedah setelah melewati umur panjang beliau dalam menuntut ilmu, mengajarkan ilmu dan mendakwahkannya, beliau wafat ketika genap umur beliau 74 tahun pada hari Rabu tanggal 15 Syawwal tahun 1421H.

Jenazah beliau dipindahkan ke Makkah untuk dishalatkan di Masjidil Haram, dan beliau dimakamkan di kuburan al-Adl.

Zuhud dan Tawadhu

Syaikh dikenal sebagai salah seorang ulama yang zuhud dan memiliki sifat tawadu yang diketahui banyak orang, berikut beberapa kejadian yang menggambarkan hal tersebut [9]:

  • Kebiasaan beliau adalah berjalan kaki dari rumah beliau ke masjid, dan terkadang menolak orang yang meminta beliau agar naik kendaraan untuk mengantar beliau
  • Suatu hari Syaikh sedang berdiri di samping masjid beliau dikelilingi oleh murid-murid beliau yang menyampaikan pertanyaan dan Syaikh menjawabnya, tiba-tiba datanglah seseorang membawa sebuah mobil yang begitu mewah dan turun menemui Syaikh dan memberikan kunci mobil kepada Syaikh lalu ia berkata kepada Syaikh: “Mobil ini adalah hadiah dari si fulan (menyebut nama salah seorang pejabat wilayah tempat Syaikh tinggal).”Syaikhpun menolak untuk mengambil kunci mobil tersebut namun orang itu bersikeras agar Syaikh mengambilnya. Setelah itu Syaikh terus melanjutkan diskusi beliau dengan murid-murid beliau, lalu tiba-tiba datanglah seorang pemuda dan berkata kepada Syaikh: “Wahai Syaikh, malam ini saya akan melakukan akad nikah dan saya sangat berharap agar Syaikh berkenan hadir.” Lalu Syaikh menyampaikan bahwa beliau tidak bisa hadir karena ada urusan penting yang harus beliau selesaikan, pemuda tersebut menyampaikan dan sekali lagi meminta agar Syaikh bisa menghadiri acara akad nikah itu, kemudian Syaikh menjelaskan urusan yang harus diselesaikan sehingga tidak bisa hadir pada acara akad nikah pemuda tersebut, setelah itu Syaikh berkata: “Saya tidak bisa hadir di acara nikahmu, ambillah mobil ini sebagai hadiah dari saya.” Lalu dengan ringannya Syaikh menyerahkan kunci mobil tadi kepada pemuda tersebut.
  • Suatu hari beliau dikunjungi oleh Raja Khalid, melihat rumah Syaikh yang sederhana lantas sang raja menawarkan kepada Syaikh untuk membelikan beliau rumah yang lebih layak, Syaikh Utsaimin menjawab tawaran sang raja mengatakan: “Saya sedang membangun rumah di daerah Shalihiyyah.” Setelah sang raja beranjak dari rumah Syaikh, beberapa orang yang menemani Syaikh saat menyambut raja terheran-heran dan menanyakan kepada Syaikh karena sebelumnya Syaikh tidak pernah bercerita bahwa beliau sedang membangun rumah di Shalihiyyah, Syaikhpun berkata: “Bukankah kuburan umum berada di Shalihiyyah?!!
  • DR Abdullah bin Abdulmuhsin at-Tuwaijiri mengatakan: “Suatu saat saya menegur penyiar radio sauadara Abdulkarim al-Muqrin seraya mengatakan kepadanya: “Di saat pembukaan acara di radio seperti pada acara “Nur alad Darbi”, “Su’al alal Hatif” dan acara “Tafsir Ayat al-Ahkam”, mengapa engkau tidak menyebutkan jabatan Syaikh yang paling tinggi saat ini sebagai anggota ikatan ulama Kerajaan Saudi Arabiya? saudara Abdulkarimpun menjawab: “Beliau melarang saya menyebut beliau dengan itu, bahkan beberapa syaikh dan penuntut ilmu memberi saran agar jabatan itu disebutkan saat memperkenalkan beliau di acara-acara tersebut namun beliau tetap menolak.”

Pujian dan Sanjungan Ulama

Syaikh Muhammad Nasiruddin al-Albani: “Saya takjub dengan akhlak, adab dan prinsip beliau untuk keluar dari taklid yang menyelimuti hati kebanyakan ulama, prinsip itu telah hilang dari banyak ulama dan sangat sedikit ulama yang memegang prinsip itu, saya secara khusus menyebut ulama yang sedikit itu yaitu Syaikh Abdulaziz bin Baz dan Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin.”

Syaikh Abdulaziz bin Baz berkata saat memberi sambutan pada kitab karya Syaikh Utsaimin “Aqidah Ahlis Sunnah wal Jama’ah”:”Saya telah memeriksa kitab akidah yang bagus dan ringkas yang disusun oleh saudara kami al-Allamah Fadilatus Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin dan saya sudah mendengarkan isi kitab ini semuanya, maka saya mengatakan bahwa kitab ini berisi akidah ahlis sunnah wal jama’ah…” [10]

Syaikh Abdulmuhsin al-Abbad:”Keilmuan beliau tidak diragukan lagi, beliau termasuk ulama yang diterima banyak orang, banyak orang mencintai beliau, banyak orang senang mendengar pelajaran yang beliau sampaikan dan fatwa-fatwa beliau, seorang ulama besar dan ahli fiqih yang mumpuni dan Allah telah memberikan manfaat besar kepada ummat melalui beliau.” [11] [12] [13]

Referensi

  1. Majalah “ad-Da’wah”, edisi :1776.
  2. Majalah “al-Usrah”, edisi : 92.
  3. Majalah “al-Jaziirah”, edisi : 10335.
  4. Majalah “al-Hikmah”, edisi : 2 hlm.21.
  5. Majalah “ad-Da’wah”, edisi : 1777.
  6. Fiqh Ibni as-Sa’di : 1/76.
  7. Majalah “al-Yamamah”, edisi : 953.
  8. Majalah “al-Arabiyyah”, edisi: 48 tahun 1421H, makalah DR Abdullah at-Tayyar dengan judul : “Shafahat min Hayat al-Faqid al-Alim az-Zahid”.
  9. ad-Durrus Tsamin fi Tarjamah Faqih al-Ummah al-Allamah Ibn Utsaimin, Isham bin Abdulmunim, hlm 216-235.
  10. ad-Durrus Tsamin, Isham bin Abdulmun’im, hlm.61.
  11. ad-Durrus Tsamin, Isham bin Abdilmun’im, hlm.414.
  12. Ad-Durrus Tsamin fi Tarjamah Faqih al-Ummah al-Allamah Ibn Utsaimin, Isham Abdulmun’im, Dar al-Bashirah, Iskandaria
  13. Al-Jaami’ li Hayat al-Allamah Muhammad bin Shalih al-Utsaimin al-Ilmiyyah wal Amaliyyah wa Ma Qila fihi Minal Maratsi, Walid Ahmad al-Husain, cet-1, Majalah al-Hikmah, Inggris.