Imam Al-Bukhari

Nama dan Nasab [1] [2]

Beliau Abu Abdurrahman bin Abil Hasan, Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah, Al-Ju’fi, Al-Bukhari. Nama Al-Bukhari merupakan penisbatan kepada sebuah kota Bukhara yang terletak di belakang sebuah sungai, yang sekarang merupakan bagian barat dari negara Uzbekistan.

Tempat dan Waktu Dilahirkan

Beliau dilahirkan pada hari Jum’at setelah shalat Jum’at, malam tanggal 13 bulan Syawwal, tahun 194 Hijriyah, di kota Bukhara, dan telah disebutkan oleh Imam Al-Bukhari bahwa beliau mendapati tanggal kelahirannya pada tulisan sang ayah. [3]

Perjalanan dalam Menuntut Ilmu dan Hadits

Telah Nampak keistimewaan beliau dalam ilmunya sejak berumur 10 tahun. Beliau mulai menuntut ilmu di kotanya Bukhara sebelum pergi ke kota lain. Pada umur 16 tahun, beliau telah menghafalkan kitab karangan Ibnu Mubarak dan Waqi’. [4]

Dan beliau memulai perjalanan menuntut ilmunya sekitar tahun 210 H. Beliau mulai dari kota Madinah, lalu Mesir, Naisaburi, Al-Jazirah, Al-Bashrah, Al-Kufah, Baghdad, dan selainnya. Al-Khatib berkata: “Beliau melakukan perjalanan menuntut ilmu ke seluruh ahli hadits di berbagai negara.” [4]

Guru-Guru Imam Al-Bukhari

Al-Hafidz Ibnu Hajar membagi guru-guru Imam Al-Bukhari menjadi lima bagian:

  • Guru-guru beliau dari pengikut para Tabi’in, seperti: Muhammad bin Abdullah Al-Anshari, Makki bin Ibrahim, Ubaidillah bin Musa, dan lain-lain.
  • Guru-guru dari masa pengikut tabi’in, akan tetapi belum mengambil ilmu dari para tabi’in yang terpercaya, seperti: Adam bin Abi Iyyas, Sa’id bin Abi Maryam, Ayyub bin Sulaiman, dan lain-lain.
  • Guru-guru beliau yang tidak bertemu tabi’in namun mereka belajar dari pengikut para tabi’in, seperti: Sulaiman bin Harb, Qutaibah bin Sa’id, Ibnul Madini, Ibnu Mu’in, Ibnu Hanbal, Ishaq, Abu Bakar bin Abi Syaibah, dan selain mereka.
  • Teman-teman beliau dalam menuntut ilmu, dan mereka yang telah belajar sebelum Imam Al-Bukhari, seperti: Muhammad bin Yahya Adz-Dzuhli, Abdun bin Humaid, Abu Hatim Ar-Razi, dan lain-lain.
  • Beberapa orang yang belajar darinya dan lebih muda darinya, maka Imam Al-Bukhari mendengarkan ilmu mereka dan mengambil faedah darinya, diantaranya: Abdullah bin Hammad Al-Amali, Abdullah bin Abil ‘Ash Al-Khawarizmi, Husain bin Muhammad Al-Qobbani, dan lain-lain. [5] [6]

Murid-Murid Imam Al-Bukhari

Banyak sekali yang mengambil ilmu dari beliau sehingga tidak terhitung, Al-Hafidz Shalih bin Muhammad (Jazrah) berkata: “ketika beliau di Baghdad orang-orang berkumpul menulis darinya lebih dari 20.000 orang” [7]. Dan orang yang mendengar hadist shahih dari beliau mendekati jumlah 90.000 orang. [8]

Dan diantara murid-murid beliau yang menjadi ulama ternama: Al-Imam Muslim bin Al-Hajjaj “Penulis Shahih Muslim”, Al-Imam Muhammad bin Surah At-Tirmidzi “Penulis Kitab Jami’ At-Tirmidzi”, Abu Hatim, Abu Zar’ah Ar-Roziyyan, Ibnu Khuzaimah, Shalih bin Muhammad (Jazrah), dan selainnya. [9]

Hafalan dan Kecerdasan Imam Al-Bukhari

Imam Al-Bukhari berkata: “Aku menghafalkan 100.000 hadits shahih, dan aku menghafalkan 200.000 hadits yang bukan shahih.” [10]

Beliau juga berkata: “Aku telah menulis (hadits) dari seribu syaikh (guru) atau lebih, dan dari setiap syaikh dari mereka 10.000 hadits atau lebih, aku tidaklah mendapati sebuah hadits kecuali aku mengingat sanad dari hadits tersebut.” [11]

Imam Ibnu Katsir mengatakan: “Mereka sungguh menyebutkan bahwa (Imam Al-Bukhari) jika melihat sebuah kitab dalam satu pandangan maka seketika beliau menghafalnya dalam sekali pandangan, dan kabar-kabar akan hal itu sangat banyak.” [12]

Pujian dari Berbagai Ulama kepada Imam Al-Bukhari

Amr’ bin Ali Al-Farisy berkata: “Sebuah hadits yang tidak diketahui oleh Muhammad bin Ismail bukanlah sebuah hadits.” [13]

Ishaq bin Rahuyah berkata: “Tulislah dari pemuda ini (Imam Al-Bukhari), karena tatkala di masa Hasan orang-orang akan butuh kepadanya, untuk mengetahui tentang hadits dan fiqh.” [14]

Abu Isa At-Tirmidzy berkata: “Aku tidak mengetahui seseorang di Iraq ataupun di Khurasan yang mengetahui ‘ilal (cacat sebuah hadits), sejarah, dan sanad melebihi Muhammad bin Ismail.” [15]

Na’im bin Hammad dan Ya’qub bin Ibrahim berkata: “Muhammad bin Ismail adalah seorang faqih di umat ini.” [16]

Imam Muslim datang kepada Imam Al-Bukhari dan berkata: “Biarkan aku mencium kedua kakimu wahai guru dari segala guru, wahai tuan ahli hadits, dan dokter hadits dalam pengetahuan dari cacat sebuah hadits” [17]. Beliau juga berkata: “Tidaklah ada yang membencimu kecuali dia hasad (iri), dan aku bersaksi bahwa tidaklah ada seseorang sepertimu di dunia.” [12]

Abdullah bin Sa’id bin Ja’far berkata: “Aku pernah mendengar ulama di bashrah berkata: tidak ada di dunia ini yang menyerupai Muhammad bin Ismail dalam pengetahuan dan kebenaran.” [18]

Ibnu Khuzaimah berkata: “Aku tidak pernah melihat di bawah langit seorang yang lebih pakar dalam hadits Rasulullah dari Muhammad bin Ismail.” [19]

Wafat Imam Al-Bukhari

Sebelum beliau wafat beliau menetap di salah satu desa daerah Samarqand yang bernama Khartank [20]. Beliau memiliki sanak kerabat hingga dapat tinggal beberapa hari di desa tersebut. Suatu hari beliau mengalami sakit yang parah, maka suatu ketika terdengar beliau berdoa setelah selesai shalat malam: “Yaa Allah sesungguhnya bumi ini telah menjadi sempit bagiku setelah sebelumnya sangat luas, maka genggamlah diriku pada-Mu.” [21]

Imam Al-Bukhari wafat malam sabtu saat shalat isya, dan saat itu adalah malam Idul Fitri. Beliau dikuburkan hari Ied setelah shalat Dzuhur di desa Khartank, tahun 256 H, pada umur 62 tahun kurang 13 hari. Semoga Allah membalas segala kebaikannya kepada kaum muslimin dengan kebaikan dan memberinya tempat yang mulia.

Karya Ilmiah Imam Al-Bukhari [22]

Diantara karya ilmiah beliau:

  1. Al-Jami’ Al-Shahih (Shahih Al-Bukhari)
  2. Al-Jami’ Al-Shaghir
  3. Al-Jami’ Al-Kabir
  4. Al-Adabul Mufrod
  5. Asaami As-Shahabah
  6. Al-Asyribah
  7. Buku Sejarah (Al-Kabir, Al-Ausath, As-Shaghir)
  8. At-Tafsir Al-Kabir
  9. Khalqu Af’aalil ‘Ibaad
  10. Al-‘Ilal
  11. Al-Fawaid
  12. Al-Musnad Al-Kabir
  13. Al-Mabsuth
  14. Al-Kuna, dan lainnya.

Pranala luar

Referensi

  1. Al-Jarah wat Ta’dil, 19/7.
  2. Al-Bidayah Wan Nihayah, 31/11.
  3. Hadyus Saary, hal. 477.
  4. Siyar A’lam An-Nubala’, 394/12.
  5. Hadyus Sary, 479.
  6. Siyar A’lam An-Nubala’, 395/12.
  7. Siyar A’lam An-Nubala’, 433/13.
  8. Siyar A’lam An-Nubala’, 398/12.
  9. Siyar A’lam An-Nubala’, 439/12.
  10. Tarikh Baghdad, 24/2.
  11. Tarikh Baghdad, 10/2.
  12. Al-Bidayah Wan Nihayah, 25/11.
  13. Tarikh Baghdad, 18/2.
  14. Siyar A’lam An-Nubala’, 421/12.
  15. Syarh ‘Ilal At-Tirmidzi, 32/1.
  16. Tarikh Baghdad, 22/2.
  17. Siyar A’lam An-Nubala’, 432/12.
  18. Siyar A’lam An-Nubala’, 442/12.
  19. Siyar A’lam An-Nubala’, 431/12.
  20. Wafiyyatul A’yaan, 191/4.
  21. Tarikh Baghdad, 2/34.
  22. Mashadir Al-Tarjamah, .