Isti’adzah

Muqaddimah

Al-isti’adzah merupakan salah satu jenis ibadah dari berbagai macam jenis ibadah lainnya. Karena tidak ada yang dapat menolak mudarat dan  keburukan kecuali Allâh. Segala sesuatu yang tidak mampu dilakukan kecuali oleh Allâh semata, maka ia tidak boleh diminta kecuali hanya kepada Allâh saja. Jika sesuatu  tersebut diminta kepada selain Allâh, maka perbuatan tersebut termasuk perbuatan menyekutukan Allâh (Syirik).

Demikianlah ketika isti’adzah diminta kepada selain Allâh maka perbuatan tersebut termasuk kesyirikan. Karena istiadzah adalah ibadah, maka menyimpangkannya kepada selain Allâh adalah kesyirikan. Mengapa demikian? Karena perbuatan tersebut termasuk meminta tertolaknya mudarat kepada sesuatu yang tidak mampu menolak mudarat tersebut kecuali Allâh ta’ala dan meminta apa saja yang tidak mampu dilakukan kecuali oleh Allâh kepada selain Allâh adalah kesyirikan. Karena Allâh memerintahkan agar isti’adzah hanya diperuntukkan hanya kepada-Nya bukan kepada selain-Nya. [1]

 

Definisi

Al-isti’adzah  adalah meminta perlindungan kepada seseorang yang dapat mencegahmu dari bahaya yang engkau takuti supaya orang tersebut mencegahnya untuk menimpamu.[2]

Al-isti’adzah  juga mengandung makna meminta perlindungan dan penjagaan dari sesuatu yang tidak disukainya. Maka orang yang meminta perlindungan tersebut adalah seseorang yang mencari perlindungan kepada sesuatu yang dapat melindungi dan menjaganya.[3]

Maka al-isti’adzah maknanya  adalah meminta penjagaan dan perlindungan kepada Allâh ta’ala dalam menolak sesuatu yang tidak disenangi  dan dalam menolak bebagai macam keburukan.[4]

 

Dalil Dan Penjelasan

Diantara dalil-dalil yang memerintahkan kita agar beristi’adzah hanya kepada Allâh semata dan tidak boleh kepada selainnya adalah sebagai berikut:

 

Dalil dari Al Qur’an

 

Firman Allâh dalam Al-Quran Surat Al-A’raf:

(وَ إِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللّٰهِ إَنَّهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ (الْأَعْرَاف :200

“Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaithan, maka berlindunglah kepada Allâh. Sesungguhnya Allâh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [5]

 

Firman Allâh dalam Al-Quran Surat Al-Jin:

(وَ أَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوْذُوْنَ بِرَجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوْهُمْ رَهَقًا (الْجِنّ : 6

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki diantara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki diantara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan”. [6]

Kata الْإِنْسِ pada ayat Al-Quran diatas bermakna: بَنو آدم (anak adam). Adapun kalimat يَعُوْذُوْنَ بِرَجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ  bahwasanya jin yang dimaksud disini salah satu nama dari nama-nama makhluk ghaib yang hidup bersama kita di muka bumi ini. Dan mereka (jin tersebut) juga adalah mukallâh (yang diberi beban) yang diperintahkan untuk mentaati Allâh dan dilarang berbuat maksiat kepada Allâh sebagaimana manusia. Namun kita tidak bisa melihat mereka. [7]

Sebab turunnya ayat ini adalah dahulu orang-orang arab pada zaman jahiliyah apabila mereka singgah di sebuah tempat (lembah), salah seorang diantara mereka berkata: “ Aku meminta perlindungan kepada penghulu lembah ini (penghulu dari bangsa Jin[8]) dari keburukan orang bodoh dari kaumnya, kemudian Allâh menurunkan ayat ini (surat al-Jin ayat 6). Maka ini adalah aqidah kaum jahiliyah. Allâh membatalkannya dengan memerintahkan agar seseorang hanya beriti’adzah hanya kepada-Nya semata, tidak boleh ada sekutu bagi-Nya. [9]

 

Firman Allâh  dalam Al-Quran Surat Al-An’am:

وَ يَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيْعًا يٰمَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِّنَ الْإِنْسِ وَ قَالَ أَوْلِيَاۤؤُهُمْ مِّنَ الْإِنْسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَ بَلَغْنَاۤ أَجَلَنَا الَّذِيۤ أَجَّلْتَ لَنَا قَالَ النَّارُ مَثْوىٰكُمْ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۤ إِلاَّ مَا شَاءَ اللّٰهُ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيْمٌ عَلِيْمٌ (الْأَنْعَام :128

“Dan (ingatlah) hari diwaktu Allâh menghimpunkan mereka semuanya (dan Allâh berfirman) : “ Hai golongan jin, sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan manusia”, lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia: “ Ya Rabb kami sesungguhnya sebagian daripada kami telah dapat kesenangan dari sebagian yang lain dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami “. Allâh berfirman: “ Neraka itulah tempat kediaman kalian, kalian kekal di dalamnya, kecuali kalau Allâh menghendaki yang lain.“ Sesungguhnya Rabbmu Maha Bijaksana Lagi Maha Mengetahui ”. [10]

Para ulama ahli tafsir menafsirkan ayat ini bahwa makna bersenang-senangnya manusia dengan bangsa jin (استمتاع الإنس بالجن) maksudnya adalah manusia meminta perlindungan kepada mereka (bangsa jin) dari apa yang mereka tidak sukai dan meminta dari bangsa jin tersebut apa yang mereka inginkan. Maka jin tersebut pun melayani mereka dan menghadirkan untuk mereka sesuatu yang ghaib dan jauh dan menyelesaikan sebagian kebutuhan-kebutuhan mereka  karena disana banyak sekali hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh manusia. Maka mereka (manusia) meminta perlindungan kepada jin dan bersenang-senang dengan mereka. [11]

Pada ayat diatas terdapat penjelasan bahwa Allâh memerintahkan  isti’adzah hanya Kepada-Nya semata dan melarang untuk beristi’adzah  kepada selain-Nya. Ini menunjukkan bahwa isti’adzah adalah ibadah. Tidak boleh seseorang meyimpangkan ibadah tersebut kepada selain Allâh subhânahu wa ta’ala.[12] Maka ini menunjukkan bahwa meminta pertolongan kepada jin adalah syirik besar meskipun dinamakan oleh manusia dengan nama selain syirik.[12]

 

Firman Allâh  dalam Al-Quran Surat AL-Falaq:

قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ(2) وَ مِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ(3) وَ مِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِيْ الْعُقَدِ (4) وَ مِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (5

“Katakanlah : “ Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai subuh (1) Dari kejahatan makhluk-Nya (2) Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita(3), Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul(4) Dari dari kejahatan pendengki apabila dia dengki(5).” [13]

 

Firman Allâh  dalam Al-Quran Surat An-Naas:

قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَٰهِ النَّاسِ(3) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ (6

“Katakanlah : “ Aku berlindung kepada Rabb (yang memelihara dan menguasai ) manusia (1) Raja manusia (2) Sesembahan manusia(3)Dari kejahatan (bisikan) Syaithan yang biasa bersembunyi (4) Yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia (5) Dari golongan jin dan manusia (6).” [14]

Yang menjadi sisi pendalilan dari dua surat diatas (Al-Falaq dan An-Naas) adalah bahwasanya Allâh memerintahkan  agar seseorang hanya beristiadzah kepada Allâh semata. Maka perintah ini menunjukkan bahwa alisti’adzah kepada selain Allâh seperti kepada jin, manusia atau kepada makhluk apa saja adalah tidak diperbolehkan karena isti’adzah adalah salah satu jenis ibadah dari berbagai jenis ibadah lainnya. [15]

 

Dalil Dari Al Hadits

Adapun dalil dari hadits Nabi ﷺ yang menunjukkan perintah untuk ber isti’adzah hanya kepada Allâh semata adalah sebagai berikut:

Hadits pertama

Dahulu  orang-orang arab pada zaman jahiliyah apabila mereka singgah di sebuah tempat (lembah), salah seorang diantara mereka berkata: “Aku meminta perlindungan kepada penghulu lembah ini , maksudnya penghulu dari bangsa Jin. Dia meminta perlindungan dari  keburukan orang bodoh dari kaum bangsa jin. Maka Nabi ﷺ bersabda sebagai pembatal dari apa yang mereka ucapkan dan untuk menjelaskan sebuah syariat untuk mengganti ucupan tersebut (beliau ﷺ bersabda):

مَنْ نَزَلَ مَنْزِلاً فَقَالَ: أَعُوْذُ بَكَلِمَاتِ اللّٰهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ، لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ

“ Barang siapa yang singgah di suatu tempat kemudian mengucapkan: “ Aku berlindung dengan kalimat Allâh Yang Maha Sempurna dari kejelekan apa yang ia ciptakan”, maka tidak ada sesuatupun yang dapat memudharatkan sampai ia berpindah dari tempat tersebut.” [16]

Maka hadits ini merupakan pengganti yang shahih. Isti’adzah dengan kalimat Allâh sebagai pengganti isti’adzah kepada jin. [17] Hadits ini juga merupakan isti’adzah as-syar’iyyah yang menggantikan isti’adzah Syirkiyyah. [18]

 

Hadits Kedua

Doa rasulullâh ﷺ, beliau bersabda :

أَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ اُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ

“ Aku berlindung dengan keagungan-Mu agar aku tidak di benamkan dari bawahku”.[19]

 

Hadits Ketiga

Doa yang diajarkan oleh rasulullâh ﷺ, beliau bersabda :

أَعُوْذُ بِعِزَّةِ اللّٰهِ وَ قُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَ أُحَاذِرُ

“ Aku berlindung dengan keperkasaan Allâh dan kekuaasaan-Nya dari keburukan apa yang dapatkan dan aku cegah”. [20]

 

Hadits Keempat

Doa yang diajarkan oleh rasulullâh ﷺ, beliau bersabda :

أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ

“ Aku berlindung dengan keridhoan-Mu dari kemurkaan-Mu”. [21]

 

Hadits Kelima

Doa yang diajarkan oleh rasulullâh ﷺ, ketika turun firman Allâh :

قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ

“ Katakanlah : Dialah (Allâh) yang maha kuasa menurunkan azab kepada kalian dari atas kalian” [22]

Kemudian Rasulullâh ﷺ  mengucapkan doa:

أَعُوْذُ بِوَجْهِكَ

“ Aku berlindung dengan wajah-Mu”. [23]

 

Macam-macam isti’adzah

Berikut merupakan beberapa macam isti’adzah beserta penjelasan hukum dari masing-masing macam isti’adzah tersebut:

 Isti’adzah kepada Allâh

Isti’adzah kepada Allâh maknanya adalah isti’adzah yang mengandung sempurnanya kebutuhan kepada –Nya dan sempurnanya permintaan penjagaan kepada-Nya dengan keyakinan bahwa Allâh lah yang akan mencukupinya, menyempurnakan penjagaan untuknya dari segala sesuatu  yang sedang terjadi dan akan terjadi apakah kejelekan yang kecil atau besar, kejelekan manusia atau selain manusia. Dalilnya adalah surat Al-Falaq dan An-naas. [24]

 Isti’adzah dengan salah satu sifat dari sifat-sifat Allâh

Yakni Isti’adzah dengan sifat-sifat-Nya seperti sifat Kalam-Nya atau sifat Keagungan-Nya dan sifat keperkasaan-Nya. Dalilnya adalah hadits kedua, ketiga, keempat dan kelima pada pembahasan sebelumnya. [25]

 

 Isti’adzah kepada orang mati atau kepada orang yang tidak bersama kita dan tidak mampu memberikan perlindungan

Isti’adzah jenis ini merupakan kesyirikan. Dalilnya adalah surat aljin ayat 6. [26] Allâh berfirman:

وَ أَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوْذُوْنَ بِرَجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوْهُمْ رَهَقًا (الْجِنّ : 6

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki diantara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki diantara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan”. [27]

 

Isti’adzah kepada makhluk seperti manusia atau tempat atau yang lainnya yang bisa melindungi

 Isti’adzah jenis ini hukumnya boleh. Dalilnya sebagaiman sebagaimana dalam hadits bukhari, rasulullâh ﷺ bersabda: “ … barang siapa yang menemukan perlindungan hendaklah berlindung kepadanya.”  [28] dan juga dalam hadits riwayat muslim Rasulullâh ﷺ bersabda : “ barang siapa yang memilki onta maka hendaklah ia pergi bersama ontanya”. Demikian juga dalam hadits yang shahih dari jabir radhiyallâhu’anhu bahwasanya ada seorang wanita dari bani makhzum mencuri. Maka wanita tersebut didatangkan kepada Nabi ﷺ lantas ia meminta perlindungan kepada Ummu Salamah. [29]

 

Referensi

  1. I’anatul Mustafid bi Syarhi Kitabit Tauhid  disyarah oleh Dr. Shalih bin Fauzan Abdillâh al fauzan hal. 248
  2. Syarah Ushul Tsalatsatul oleh  Dr. Shalih bin Fauzan Abdillâh al fauzan hal.147
  3. Syarah Tsalatsatul Utsul Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin  hal.63
  4. I’anatul Mustafid bi Syarhi Kitabit Tauhid  disyarah oleh Dr. Shalih bin Fauzan Abdillâh al fauzan hal. 248
  5. Al Quran Surat  Al-A’raf ayat 200
  6. Al Quran Surat  Al-Jin ayat 6
  7. I’anatul Mustafid bi Syarhi Kitabit Tauhid  disyarah oleh Dr. Shalih bin Fauzan Abdillâh al fauzan hal. 250
  8. Syarah Ushul Tsalatsatul oleh  Dr. Shalih bin Fauzan Abdillâh al fauzan hal.147
  9. I’anatul Mustafid bi Syarhi Kitabit Tauhid  disyarah oleh Dr. Shalih bin Fauzan Abdillâh al fauzan hal. 252
  10. Al Quran Surat  Al-An’am ayat 128
  11. I’anatul Mustafid bi Syarhi Kitabit Tauhid  disyarah oleh Dr. Shalih bin Fauzan Abdillâh al fauzan hal. 254
  12. I’anatul Mustafid bi Syarhi Kitabit Tauhid  disyarah oleh Dr. Shalih bin Fauzan Abdillâh al fauzan hal. 258
  13. Al Quran Surat  Al-Falaq ayat 1-5
  14. Al Quran Surat  An-Naas ayat 1-6
  15. Syarah Ushul Tsalatsatul oleh  Dr. Shalih bin Fauzan Abdillâh al fauzan   hal.150
  16. HR.Muslim (2708) dari hadits khaulah binti hakim  dalam kitab Syarah Ushul Tsalatsatul oleh  Dr. Shalih bin Fauzan Abdillâh al fauzan hal.147
  17. Syarah Ushul Tsalatsatul oleh  Dr. Shalih bin Fauzan Abdillâh al fauzan hal.148
  18. Syarah Ushul Tsalatsatul oleh  Dr. Shalih bin Fauzan Abdillâh al fauzan hal.148
  19. Dikeluarkan oleh Imam Ahmad 2/20 dan an-Nasai 8/677  dalam Kitab Syarah Tsalatsatul Utsul Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin  hal.64
  20. Dikeluarkan oleh Imam Ahmad 4/217 dan Abu Dawud (3891) dan Ibnu Majah (2522)  dalam Kitab Syarah Tsalatsatul Utsul oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin  hal.64
  21. Dikeluarkan oleh Muslim dalam kitab Sholah bab:” apa yang diucapkan oleh seseorang ketika ruku’ dan sujud”  dalam Kitab Syarah Tsalatsatul Utsul oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin  hal.64
  22. AlQuran Surat  Al-An’am ayat 65
  23. Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dalam kitab AlI’tisham bab firman Allâh : Au yalbisakum syiya’a dalam Kitab Syarah Tsalatsatul Utsul oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin  hal.64
  24. Syarah Tsalatsatul Utsul oleh Syaikh Muhammad bin Shoalih al-Utsaimin  hal.63
  25. Syarah Tsalatsatul Utsul oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin  hal.64
  26. Syarah Tsalatsatul Utsul oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin  hal.64
  27. AlQuran Surat  Al-Jin ayat 6
  28. dikeluarkan oleh bukhari dalam kitab fitan, bab: Takuunu fitan al qa’id fii haa khairun minal qâim dan muslim dalam kitab fitan bab: nuzuulul fitan kamaraqi’il qithar  dalam  Kitab Syarah Tsalatsatul Utsul oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin  hal.64
  29. diriwayatkan oleh muslim dalam kitab: Hudud, Bab: Qath’us Saariqis Syariif wa gairihi  dalam  Kitab Syarah Tsalatsatul Utsul oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin  hal.65