Nabi Ibrahim

Tanah Kelahiran Nabi Ibrahim 

Tanah kelahiran Nabi Ibrahim adalah Kaldaniyyin-yaitu, daerah yang dimaksud adalah, Babilonia dan beberapa wilayah kekuasaannya. Itulah pendapat yang popular menurut para ahli sejarah. Dan hal tersebut dinilai shahih oleh Ibnu Asakir. Kemudian mereka berangkat menuju ke tanah orang-orang kanan yaitu negeri baitul maqdis, dan singgah di carrhae (huran)- yang termasuk bagaian dari tanah al-Kadaniyyin pada saat itu. Demikian juga dengan tanah Jazirah dan Syam. Mereka menyembah tujuh bintang. Orang-orang yang membangun kota Damaskus dulu juga memeluk agama itu. Mereka berkiblat ke kutub selatan dan juga menyembah tujuh bintang dengan berbagai ritual dalam perbuatan maupun ucapan. Oleh karna itu, setiap pintu dari tujuh pintu kuno Damaskus memiliki gambar yang melambangkan ke tujuh bintang tersebut. Dan mereka juga mengadakan hari raya dank urban untuk ketujuh bintang itu. Demikianlah penduduk carrhae yang menyembah bintang-bintang dan berhala. Pada saat itu, seluruh manusia yang ada di muka bumi ini kafir kecuali Ibrahim Khalilullah, istri dan keponakannya yang bernama Nabi Luth.[1]

Ditempat inilah Allah mengutus Nabi Ibrahim untuk menyingkirkan berbagai kejahatan dan kesesatan tersebut, karna Allah telah memberikan hidayah kebenaran kepadanya ketika dia masih kecil, menjadikannya seorang Rasul, dan mengangkatnya sebagai kekasih pada saat sudah dewasa.[2]

Perjalanan Dakwah Nabi Ibrahim

Dakwah Nabi Ibrahim kepada ayahnya

Dakwah yang pertama kali dilakukan oleh Nabi Ibrahim adalah kepada ayah kandungnya dia adalah salah seorang penyembah berhala- karna ayahnya itu yang paling berhak untuk diberi nasehat dengan tulus ikhlas. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran:

Ceritakanlah (hai Muhammad), kisah Ibrahim di dalam al-Kitab (al-Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seseorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi. Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya: Wahai bapakku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolong sedikitpun? Wahai bapakku sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku janganlah engkau menyembah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu durhaka kepada Rabb Yang Maha Pemurah. Wahai bapakku sesungguhnya aku khawatir engkau ditimpa adzab dari Rabb yang Maha Pemurah, maka engkau menjadi kawan bagi Syaitan.Bapaknya berkata: Bencikah kamu kepada ilah-ilahku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, niscaya kamu akan kurajam dan tinggalkanlah aku untuk waktu yang lama.Ibrahim berkata:Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu. Aku akan memintakan ampun untukmu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah dan aku akan berdoa kepada Rabbku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Rabbku.’”[3]

Dalam ayat diatas, Allah menceritakan dialog dan perdebatan yang terjadi antara Ibrahim dengan ayahnya. Dan bagaimana Ibrahim mengajak bapaknya menuju jalan kebenaran dengan kata-kata yang lembut dan isyarat yang baik. Dia menjelaskan kepada ayahnya kesesatan yang dia lakukan berupa penyembahan berhala-berhala yang tidak dapat mendengar doa penyembahnya dan tidak juga melihat tempatnya. Lalu bagaimana berhala-berhala itu akan bisa memenuhi harapan memberi kebaikan baik rezeki maupun pertolongan? Kemudian Ibrahim berkata kepadanya seraya mengingatkan akan petunjuk dan ilmu yang bermanfaat yang telah dikaruniakan Allah kepadanya meskipun dia lebih muda dari ayahnya. Ibrahim berkata kepada bapaknya,[4] Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. [5]

 Yaitu jalan yang lurus, jelas, mudah lagi hanif yang akan mengantarkan engkau menuju kepada kebaikan di dunia dan di akhirat.[6]

Setelah petunjuk dan nasehat itu disampaikan kepada ayahnya, maka ayahnya menolak dan tidak mau menerimanya, bahkan justru menghardik dan mengancam Nabi Ibrahim seraya berkata, Bencikah kamu kepada ilah-ilahku hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti niscaya kamu akan ku rajam.[7]

Penolakan ayah Nabi Ibrahim ada yang dalam bentuk ucapan dan ada pula yang dalam bentuk perbuatan seperti firman Allah: … Dan tinggalkanlah aku untuk waktu yang lama.[8]

 Pada saat itu Nabi Ibrahim berkata kepada bapaknya: Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu…[9] Maksud Nabi Ibrahim yaitu tidak ada sesuatu yang menyenangkan dariku untukmu dan tidak pula engkau akan mendapatkan perlakuan yang menyakitkan dariku tetapi engkau akan selalu mendapat keselamatan. Lebih dari itu Ibrahim bersikap sangat baik kepada bapaknya dengan mengatakan : Aku akan memintakan ampun untukmu kepada rabbku sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. [10] Ibnu Abbas dan ulama lainnya mengatakan : Maksudnya, sangat lembut.. Yakni, Dia memberiku petunjuk untuk selalu beribadah kepada-Nya dan ikhlas terhadap-Nya.[11] Oleh karna itu Ibrahim berkata: Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan apa yang kamu seru selain Allah dan aku akan berdoa kepada Rabbku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Rabbku.[12]

Nabi Ibrahim berlepas diri dari apa yang disembah oleh ayahnya

Nabi Ibrahim telah memohonkan ampun untuk ayahnya sebagaimana yang telah dia janjikan kepadanya.  Namun setelah dia mengetahui bahwa bapaknya itu musuh Allah maka dia pun berlepas diri darinya sebagaimana Firman Allah dalam al-Quran:

  Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka ketika jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.[13]

 Demikian pula diceritakan di dalam hadits bahwa Nabi Ibrahim berlepas diri dari apa yang disembah oleh ayahnya dan yang disembah oleh musuh-musuh Allah. Dari Abu Hurairah dari Nabi ,beliau bersabda: Ibrahim akan menemui menemui bapaknya, Azar pada hari kiamat sedang pada wajah Azar terdapat debu dan tanah. Maka Ibrahim berkata kepadanya: Bukankah aku telah katakan kepadamu janganlah engkau menentangku? Bapaknya pun berkata kepadanya: Sekarang aku tidak lagi menentangmu. Lalu Ibrahim berkata: Ya Rabbku, sesungguhnya Engkau telah menjanjikan kepadaku untuk tidak menghinakanku pada hari dibangkitkannya manusia. Adakah yang lebih menghinakan dari keberadaan bapakku yang sangat jauh dariku? Maka Allah menjawab: Sesungguhnya aku telah mengharamkan surga bagi orang-orang kafir. Kemudian dikatakan: Hai Ibrahim, apakah yang ada di bawah kedua kakimu? Lalu dia melihatnya dan ternyata ada binatang sembelihan[14]  yang sangat kotor.  Kemudian binatang itu diambil dan dipegang kaki-kakinya lalu dilemparkan ke dalam neraka.[15]

Perdebatan Nabi Ibrahim dengan para penyembah Bintang

Di dalam al-Q,uran Allah menceritakan tentang dialog antara Nabi Ibrahim dengan para penyembah bintang di zamannya.  Dialog tersebut menunjukkan akan amanahnya Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah dan lembutnya Nabi Ibrahim kepada kaumnya. Nabi Ibrahim sangat ingin kaumnya berada pada jalan yang lurus yang akan mengantarkan mereka menuju  keselamatan di dunia dan di akhirat.  Allah berfirman:

 Dan demikianlah Kami Perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan kami yang terdapat di langit dan di bumi.  Dan kami memperlihatkannya agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin.  Ketika malam telah menjadi gelap, ia melihat sebuah bintang lalu ia berkata: Inilah  Rabbku.  Tetapi ketika bintang itu tenggelam, ia berkata aku tidak suka kepada yang tenggelam. Kemudian ketika ia melihat bulan terbit, ia berkata: inilah Rabbku.  Tetapi setelah bulan itu terbenam ia berkata: Sesungguhnya jika Rabbku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat. selanjutnya ketika dia melihat matahari terbit, ia berkata: Inilah Rabbku, ini yang lebih besar. Maka ketika matahari itu telah terbenam, ia berkata: Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb Yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, Dan ia dibantah oleh kaumnya. Ia berkata: Apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberikan petunjuk kepadaku. Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan- sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali pada saat Rabbku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan  Rabbku meliputi segala sesuatu. Maka Apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (darinya)? Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah) padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukanNya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui? Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (kesyirikan)  mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan Siapa yang kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya  Rabbmu Maha bijaksana lagi Maha Mengetahui.[16]

 Yang demikian itu merupakan bentuk bantahan yang diberikan Nabi Ibrahim kepada kaumnya, dan sebagai penjelasan bagi mereka bahwa benda-benda langit berupa bintang-bintang itu tidak dapat dijadikan sebagai ilah dan tidak juga layak dijadikan sekutu bagi Allah, karena semuanya itu merupakan makhluk ciptaan yang dipelihara, dikendalikan, terkadang terbit dan terkadang tenggelam sehingga tidak terlihat di alam ini. Sedangkan Rabb itu Maha Tinggi, tidak ada ada sesuatupun yang tersembunyi bagin-Nya. Dialah yang kekal abadi untuk selama-lamanya dan tidak akan pernah hilang. Tidak ada ilah yang berhak diibadahi melainkan Dia dan tidak ada Rabb melainkan hanya dia Semata. Nabi Ibrahim menjelaskan bahwa bintang-bintang itu tidak mungkin dijadikan sebagai ilah. Oleh karena itu ada yang berpendapat bahwa yang mereka sembah itu adalah Venus. Selanjutnya meningkat pada bulan yang mempunyai cahaya lebih terang dari Bintang dan lebih indah. Setelah itu meningkat lagi kepada matahari yang mempunyai cahaya paling terang diantara benda-benda langit lainnya.[17]

 Secara lahiriyah, nasehat yang disampaikan Nabi Ibrahim kepada penduduk Carrhae (Huran)  tentang penyembahan bintang-bintang dikarenakan mereka memang menyembahnya. Dan yang demikian itu menolak pendapat orang yang beranggapan bahwa Ibrahim mengatakan hal itu ketika keluar dari sebuah lubang pada saat ia masih kecil, sebagaimana yang dikemukakan Ibnu Ishaq dan yang lainnya. Dan hal itu berdasarkan pada Israiliyat yang tidak dapat dipercaya, apalagi jika bertolak belakang dengan yang benar.[18]

Penghancuran Berhala dan bantahan Nabi Ibrahim kepada para penyembahnya

Ketika Nabi Ibrahim mendakwahi penduduk Babilonia yakni para penyembah berhala kala itu,  merekapun Ingkar kepada Nabi Ibrahim dan tidak mau memurnikan ibadah hanya kepada Allah Semata.  Sehingga Nabi Ibrahim menghancurkan berhala-berhala yang mereka sembah untuk menghinakan mereka sekaligus menjelaskan kesesatan mereka dan agar mereka kembali menuju fithrah mereka, yakni menyembah Allah semata. Allah menceritakan kisah tersebut di dalam Al-Quran surat Al Anbiya,  Allah berfirman:

Dan sesungguhnya, telah kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah kami mengetahui (keadaan)nya. (Ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadah kepadanya? Mereka menjawab: Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya. Ibrahim berkata: Sesungguhnya kamu dan Bapak Bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata. Mereka menjawab: Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main? Ibrahim berkata: sebenarnya Rabmu adalah Rabb langit dan bumi yang telah menciptakannya, dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu. Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya. Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur terpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata: Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap ilah-ilah kami, sesungguhnya ia termasuk orang-orang yang zhalim. Mereka berkata: Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim. Mereka berkata: (kalau demikian), bawalah ia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak agar mereka menyaksikan. Mereka bertanya: Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap ilah-ilah kami, hai Ibrahim? Ibrahim menjawab: sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu jika mereka dapat berbicara. Maka mereka telah kembali kepada kesadaran mereka dan kemudian berkata: Sesungguhnya kamu semua adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri). Kemudian kepala mereka tertunduk (lalu berkata): Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara. Ibrahim berkata: Lalu Mengapa (kamu) menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu? Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami? Mereka berkata: Bakarlah ia dan bantulah ilah ilahmu jika kamu benar-benar hendak bertindak. Kami berfirman: Hai api, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim. Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi.[19]

Ibrahim bersumpah akan melakukan tipu daya terhadap patung-patung yang mereka sembah setelah mereka pergi meninggalkannya menuju ke tempat perayaan mereka. Mereka mempunyai hari raya yang setiap tahun sekali mereka merayakannya di pusat kota. Ibrahim diajak bapaknya untuk menghadirinya. Maka dia menjawab: Sesungguhnya aku sakit.Dia mengungkapkan kata-kata itu kepada mereka sehingga dia dapat sampai pada tujuannya, yaitu menghilangkan patung-patung mereka dan memenangkan agama Allah yang haq serta menyalahkan semua tindakan mereka menyembah patung-patung tersebut yang memang berhak untuk dihancurkan dan dihinakan.[20]

Ketika mereka pergi ke tempat perayaan mereka sedang Ibrahim tetap tinggal di negeri mereka, kemudian ia pergi dengan diam-diam kepada berhala-berhala mereka.[21] Maksudnya, Nabi Ibrahim bergegas mendatangi patung-patung itu sambil sembunyi-sembunyi. Dia menemukan patung-patung tersebut berada di pelataran yang sangat luas. Di hadapan patung-patung itu telah diletakkan aneka makanan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepadanya. Kemudian Ibrahim berkata kepada patung-patung itu dengan nada mengejek:[22] Apakah kamu tidak makan? Kenapa kamu tidak menjawab? Lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil memukulnya dengan tangan kanannya (dengan kuat).[23] Karena tangan kanannya lebih kuat, cepat dan dahsyat, sehingga dia berhasil menghancurkan nya dengan martil besar di tangannya, sebagaimana firman Allah: Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur terpotong-potong.[24]

Semua berhala tersebut dihancurkan oleh Nabi Ibrahim menjadi berkeping-keping kecuali yang terbesar sebagaimana firman Allah: … kecuali yang terbesar dari patung-patung yang lain agar mereka kembali untuk bertanya kepadanya.[25] Ada yang mengatakan: Ibrahim meletakkan martil  itu di tangan patung yang paling besar sebagai tanda bahwa dia (patung yang paling besar) merasa cemburu dengan disembahnya patung-patung kecil itu. [26]

Ketika mereka kembali, mereka mendapati apa yang terjadi pada patung patung sesembahan mereka Seraya berkata: Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap ilah-ilah kami? Sesungguhnya ia termasuk orang-orang yang zalim.[27]

Di dalam peristiwa tersebut terdapat dalil yang sangat nyata jika mereka berpikir, yaitu peristiwa yang menimpa ilah-ilah yang mereka jadikan sesembahan. Seandainya patung-patung itu benar-benar Rabb, niscaya mereka akan dapat mempertahankan diri dari orang yang hendak mencelakainya. Tetapi justru mereka mengatakan dengan kebodohan dan kesesatan mereka: Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap ilah-ilah kami? Sesungguhnya dia termasuk orang yang zalim. Mereka berkata: Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.[28] Maksudnya, Ibrahim yang mencaci berhala-berhala tersebut dan menghinakannya dan dia pula yang telah menghancurkan berhala berhala tersebut[29] 

Sedangkan menurut pendapat Ibnu Mas’ud, Ibrahim mencela berhala-berhala itu melalui ucapannya: Demi Allah sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhala mu setelah kamu pergi meninggalkannya.[30] Kemudian mereka (kaum Nabi Ibrahim) menjawab perkataan Ibrahim tersebut dengan berkata: Kalau begitu bawalah ia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak agar mereka menyaksikan.[31]  Maksudnya bawalah Ibrahim ke tempat terbuka agar semua orang dapat menyaksikan ucapannya dalam mendengar perkataannya. Serta menentukan balasan yang harus diberikan kepadanya. Ini memang menjadi tujuan utama Ibrahim, yaitu berkumpul-kumpulnya semua orang di satu tempat, sehingga dia dapat memberikan hujjah atas kesesatan para penyembah patung itu, sebagaimana yang dikatakan Musa kepada Firaun: Waktu untuk pertemuan (kami dengan)mu itu adalah pada hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik.[32] 

Setelah mereka berkumpul dan mendatangi Ibrahim maka mereka bertanya kepada Ibrahim sebagaimana firman Allah: Mereka bertanya: Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap ilah iilah kami hai Ibrahim?  Ibrahim menjawab sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya…”[33]  Dari ucapannya itu, Nabi Ibrahim menginginkan agar mereka segera mengatakan bahwa patung itu tidak dapat berbicara. Sehingga dengan demikian itu berarti mereka telah mengakui bahwa patung patung  itu adalah benda mati yang tidak dapat bergerak layaknya benda-benda mati lainnya.[34]

  maka mereka telah kembali kepada kesadaran mereka dan lalu berkata: Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri).[35]. Maksudnya, mereka mencaci diri mereka sendiri dan menyalahkannya, seraya mengatakan: Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang zhalim. Kemudian mereka kembali kepada fitnah. Dan karna itu Ibrahim berkata kepada mereka: Sesungguhnya kalian semua adalah orang-orang yang menganiaya diri sendiri. [36] Yaitu dengan menyembah patung-patung tersebut.[37]

Qatadah berkata:  Maka kaum itu diliputi oleh kebingungan yang menjengkelkan, sehingga mereka berteriak teriak,  lalu mengatakan:  … Sesungguhnya kamu hai Ibrahim telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara.[38] Maksudnya, hai Ibrahim, sesungguhnya engkau sudah tahu bahwa patung-patung ini tidak dapat berbicara, lalu mengapa engkau masih menyuruh kami bertanya kepadanya? Maka pada saat itu Nabi Ibrahim kemudian berkata: Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak pula memberi mudharat kepadamu?  Ah  Celakalah kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka Apakah kamu tidak memahami.[39] 

Perdebatan Nabi Ibrahim dengan Raja Namrud

Di dalam al-Quran telah diceritakan perdebatan antara Ibrahim dengan seorang raja yang sangat sombong lagi kafir yang mengaku dirinya sebagai Rabb.  Dengan tegas Ibrahim menjatuhkan argumen raja yang sombong itu, dan juga menjelaskan kebodohannya lalu dia memberikan hujjah seraya menjelaskan jalan kebenaran kepadanya. 

Para ahli tafsir dan para ahli silsilah nasab serta pakar sejarah mengatakan:  Raja itu adalah raja Babilonia yang bernama Namrud dia adalah salah seorang raja dunia. Sebagaimana diceritakan bahwa di dunia ini terdapat empat raja, dua Raja mukmin dan dua Raja lainnya kafir. Yang Mukmin adalah Dzulkarnaen dan Sulaiman, sedang yang kafir adalah Namrud dan Bukhtanashar. Mereka menyebutkan: Namrud memegang pemerintahan cukup lama. Dan dia seorang raja yang zhalim lagi sewenang-wenang. Seorang raja yang lebih mementingkan dunia daripada akhirat.  Ketika Ibrahim mengajaknya supaya menyembah Allah Semata yang tiada sekutu bagi-Nya, justru kebodohan dan kesesatan serta angan-angan panjang menjerumuskannya untuk mengingkari adanya pencipta. Dia berbalik mendebat Ibrahim dalam masalah itu, Bahkan ia menyatakan dirinya sebagai Rabb.[40] Namun argumentasi Raja Namrud terkalahkan oleh argumentasi Ibrahim.

Diantara dialog Nabi Ibrahim dengan Raja Namrud adalah sebagaimana yang terdapat dalam Al-Quran pada saat Ibrahim berkata kepada kaumnya: “…Rabbku adalah yang menghidupkan dan mematikan…”[41]. Maka Raja Namrud menjawab: Aku juga dapat menghidupkan dan mematikan…”[42]. Qatadah, as-Suddi, dan Muhammad bin Ishaq mengatakan: Yakni, jika Namrud itu berniat untuk mendatangi dua orang, lalu dia menyuruh membunuh salah satu dari keduanya dan memaafkan yang lainnya, maka dia menganggap dengan demikian itu dia telah menghidupkan yang satu dan mematikan yang lain.  Yang demikian itu bukan dianggap sebagai perdebatan bagi Ibrahim, bahkan yang demikian itu sudah keluar dari konteks perdebatan, bukan penolakan dan bukan pula sanggahan, tetapi ia hanya bualan. Sedangkan Ibrahim telah mengeluarkan dalil yang menunjukkan adanya Rabb Pencipta melalui terjadinya berbagai macam peristiwa yang dapat disaksikan langsung oleh mata kepala, yaitu berupa tindakan menghidupkan dan mematikan berbagai binatang, yang mana hal itu menunjukkan adanya Dzat yang melakukannya. Ibrahim memaparkan bukti-bukti yang menunjukkan adanya sang Pencipta yang senantiasa mengurus dan mengendalikan planet, angin, awan dan hujan yang harus diyakini keberadaanNya, karena semuanya itu tidak mungkin dapat berdiri sendiri. Dialah yang telah menciptakan aneka ragam binatang, lalu mematikannya. Oleh karena itu, Ibrahim berkata: “…Rabbku adalah Yang menghidupkan dan mematikan. (QS. Al Baqarah: 258) dan pernyataan si raja bodoh, Namrud: “…aku juga dapat menghidupkan dan mematikan. (QS Al Baqarah: 258). Jika yang dia maksudkan adalah melakukan semua yang ada di dunia ini, berarti dia benar-benarsombong lagi ingkar. dan, jika yang ia maksudkan adalah seperti yang dikemukakan Qatadah, as-Suddi, dan Muhammad ishaq, berarti dia tidak mengatakan sesuatu yang senada dengan ucapan Ibrahim, karena dia tidak mendebat dan tidak juga memaparkan argumentasi.[43]

Setelah argumentasi Namrud terpatahkan, namun tidak disadari oleh khalayak ramai yang menghadirinya, Ibrahim kembali menyebutkan argumentasi lain yang menjelaskan adanya Dzat pencipta dan sesatnya pengakuan Namrud. “…Ibrahim berkata: sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat…” (QS Al Baqarah: 258)

Maksudnya, matahari itu diperjalankan setiap hari, terbit di timur, persis seperti yang Dia ciptakan dan perjalankan. Dialah Rabb yang tiada ilah selain Dia, Dialah pencipta segala sesuatu. Jika benar bahwa kamu mampu menghidupkan dan mematikan, maka terbitkanlah matahari itu dari barat, karna yang menghidupkan dan mematikan tentu mampu berbuat apasaja yang dikehendaki, bahkan segala sesuatu yang ada ini akan tunduk padanya. Jika benar apa yang engkau katakan itu, maka kerjakanlah permintaanku. Namun, jika engkau tidak dapat melakukannya, berarti pengakuanmu itu sama sekali tidak benar. Sebenarnya dirimu sendiri dan juga setiap orang pasti akan yakin bahwa kamu tidak akan mampu melakukan hal itu, bahkan terlalu hina dan  lemah bagimu untuk menciptakan serangga. Dengan demikian itu, Ibrahim telah menjelaskan kesesatan, kebodohan, dan kedustaannya, serta kebathilan jalan yang ditempuh. Tiada sepatah katapun yang mampu yang mampu diucapkan untuk menjawab Ibrahim, bahkan dia terdiam seribu bahasa.[44]

Peristiwa pembakaran dan selamatnya Nabi Ibrahim dari api

 Ketika mereka merasa terdesak dan kalah dalam dialog dan perdebatan itu, mereka pun mengalihkan perhatian. Sedang mereka tidak mempunyai hujjah dan alasan yang kuat untuk menggunakan kekuatan dan kekuasaan mereka guna memenangkan kebodohan dan kesewenang-wenangan mereka itu. Maka mereka dihinakan oleh Allah.

Lalu Dia meninggikan kalimat, agama dan bukti-Nya, sebagaimana firman Allah: Mereka berkata: Dirikanlah suatu bangunan untuk membakar Ibrahim, lalu lemparkanlah Ia ke dalam api yang menyala-nyala itu. Mereka hendak melakukan tipu muslihat kepadanya, Maka jadikan mereka orang-orang yang hina.[45] 

Didalam ayat yang lain disebutkan: Mereka berkata bakarlah Ia dan bantulah ilah-ilahmu jika kamu benar-benar hendak bertindak. Kami berfirman: Hai api, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim. Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi.[46]

Mereka pun segera beranjak untuk mengumpulkan kayu bakar dari berbagai tempat sampai-sampai ada seorang wanita dari kalangan mereka yang sakit bernazar, jika dia sembuh, maka dia pasti akan membawa kayu bakar untuk membakar Ibrahim. Lalu mereka menuju ke tempat pembakaran yang sangat besar, kemudian meletakkan kayu-kayu itu ke dalamnya dan Membakarnya, hingga api itu menyala-nyala dan berkobar sangat tinggi. Belum pernah terlihat sebelumnya api sebesar itu. Setelah itu mereka meletakkan Ibrahim di manjaniq (ketapel yang besar) yang dibuat oleh salah seorang suku Kurdi, yang merupakan orang pertama yang membuat manjaniq. selanjutnya mereka mengikat tangannya dari belakang sedang Ibrahim mengucapkan: Tidak ada ilah melainkan hanya Engkau, Maha Suci Engkau, Rabb Semesta Alam. Segala puji dan kekuasaan hanya milikMu, tiada sekutu bagiMu.[47] 

Setelah diletakkan di manjaniq dalam keadaan terikat tangannya di belakang, Ibrahim dilemparkan ke dalam api. Pada saat itu dia mengucapkan :

حَسْبُنَا اللّٰهُ وَ نِعْمَ الْوَكِيْلُ

Dan cukuplah Allah sebagai penolong kami dan dialah sebaik-baik pelindung[48]

Sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-bukhari,[49] dari Ibnu Abbas dia mengatakan: Cukuplah Allah sebagai penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung. Kalimat itulah yang diucapkan oleh Ibrahim pada saat dilemparkan ke dalam api.[50] Ibnu Abbas dan Abul Aliyah mengatakan: Seandainya Allah tidak mengucapkan: … menjadilah keselamatan bagi Ibrahim.[51] ,niscaya Ibrahim akan merasa kesakitan (sangat kedinginan).

Mereka (kaum Nabi Ibrahim) menghendaki pertolongan, tetapi malah kehinaan yang mereka dapatkan. Mereka ingin naik tinggi, tetapi malah kerendahan yang mereka dapatkan dan mereka menghendaki kemenangan, tetapi malah kekalahan yang mereka peroleh.[52] Akhirnya mereka memperoleh kerugian dan kehinaan di dunia ini, sedangkan di akhirat kelak, Neraka tidak akan pernah menjadi dingin dan padam bagi mereka, di dalam api itu mereka tidak diberikan ucapan selamat. Tetapi justru tempat itu adalah seperti yang difirmankan oleh Allah: sesungguhnya neraka jahanam itu adalah seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.[53]

 Ketika Nabi Ibrahim dilemparkan kedalam api, maka cicak (tokek) ikut meniup api tersebut agar tidak padam, sehingga Rasulullah memerintahkan kita untuk membunuh cicak (tokek). Diriwayatkan dari Ummu Syuraik, Rasulullah memerintahkan untuk membunuh cicak (tokek). Beliau bersabda:

كَانَ يَنْفُخُ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِ السَّلاَم

 Binantag itulah yang meniup api Ibrahim agar tidak padam.[54]

Dari Sa-ibah, budak perempuan al-Faqih Bin al-Mughirah, dia menceritakan, aku pernah masuk rumah Aisyah lalu kulihat di rumahnya terdapat tombak yang tersandar. Kemudian kutanyakan: Wahai Ummul Mukminin, apa yang kau perbuat dengan tombak ini? Aisyah menjawab: Tombak ini kami gunakan untuk membunuh cicak cicak (tokek-tokek), karena Rasulullah pernah memberi tahu kami bahwa sesungguhnya ketika Ibrahim dilemparkan kedalam api, maka tidak ada seekor binatang pun di muka bumi ini melainkan berusaha memadamkan api dari Ibrahim, kecuali cicak (tokek), dimana dia meniupnya (agar tidak padam). Karenanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam menyuruh kami untuk membunuhnya.[55]

Hijrahnya Nabi Ibrahim ke negeri Syam (Syria)

 Allah berfirman:

Maka Luth membenarkan kenabiannya. Dan Ibrahim berkata: Sesungguhnya aku akan pindah ke (tempat yang diperintahkan) Rabbku (kepadaku). Sesungguhnya Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dan Kami anugrahkan kepada Ibrahim, Ishaq, dan Yaqub, dan Kami jadikan kenabian dan al-Kitab pada keturunannya. Dia kami berikan kepadanya balasan di dunia, dan sesungguhnya di akhirat ia benar-benar termasuk orang-orang yang shalih.’”[56]

Ibrahim meninggalkan kaumnya karna Allah dan hijrah dari tengah-tengah mereka, sedang istrinya adalah seorang yang mandul, sehingga dia tidak mempunyai anak seorangpun. Dan ikut bersamanya seorang keponakannya, bernama Luth bin Haran bin Azar. Setelah itu Allah menganugrahkannya anak-anak yang shalih dan Dia berikan kenabian dan al-Kitab kepada keturunannya. Jadi, setiap Nabi yang diutus setelahnya adalah dari keturunan Ibrahim, dan setiap al-Kitab yang diturunkan dari langit setelahnya, pastilah diberikan kepada seseorang dari keturunannya. Yang demikian itu adalah sebagai penghormatan baginya. Ketika dia meninggalkan negeri, keluarga, dan kaum kerabatnya menuju suatu negeri yang menjadikannya tenang beribadah kepada Allah dan menjalankan dakwah, mengajak ummat manusia ke jalan-Nya. Negeri yang dituju adalah Syria, yaitu oleh Allah secara khusus disebut: “… Ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia.[57] Demikian yang dikemukakan oleh Ubay bin Kaab, Abul Aliyah, Qatadah, dan lain-lainnya.

Adapun  orang yang berpendapat bahwa Sarah adalah putri saudara Ibrahim yang bernama Harran, dan saudara perempuan Luth, sebagaimana yang dikisahkan oleh as-Suhaili dari al-Qutaibi dan an-Nuqqasy, maka dia benar-benar telah menyimpang dan tidak berdasarkan ilmu. Dan, orang yang beranggapan bahwa menikahi anak saudara pada saat itu merupakan suatu hal yang disyariatkan, maka yang demikian itu merupakan suatu yang tidak berdalil samasekali. Seandainya hal itu merupakan suatu yang disyariatkan pada saat itu sebagaimana yang dinukil dari pendeta Yahudi, maka sesungguhnya para Nabi tidak melakukannya.[58]

Kisah Penguasa Bejat yang hendak mencelakai Sarah, Istri Nabi Ibrahim 

Dari Hisyam bin Hasan, dari Muhammad bin Sirin,dari Abu Hurairah, dari Nabi, beliau bersabda : Sesungguhnya Ibrahim tidak pernah berbohong sama sekali kecuali tiga kali. Semuanya dilakukan karna Allah, yaitu Firman-Nya: Sesungguhnya aku sakit.[59] Dan firman-Nya : Ibrahim menjawab: Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya…”[60] Ketika ia berjalan di negeri seorang penguasa zhalim, tiba-tiba ia singgah di sebuah rumah, lalu si penguasa itu datang dan dikatakan kepadanya: Disini ada orang yang singgah bersama seorang wanita yang sangat cantik. Kemudian ia mengirimkan utusan kepadanya dan menanyakan siapakah wanita itu. Maka Ibrahim menjawab : Ia adalah saudara perempuanku. Setelah kembali kepada Sarah, Ibrahim berkata: Sesungguhnya orang itu telah menanyakan kepadaku tentang dirimu, lalu kukatakan kepadanya bahwa engkau adalah saudara perempuanku. Sesungguhnya sekarang ini tidak ada seorang muslim selain diriku dan dirimu, dan sesungguhnya engkau adalah saudara perempuanku, maka janganlah engkau mendustakanku dihadapannya. Kemudian Raja itu mengambil Sarah. Ketika ia hendak.kmenjamahnya, tiba-tiba ia tidak mampu bergerak. Ia berkata: Berdoalah kepada Allah untukku, dan aku tidak akan mencelakaimu. Maka Sarah mendoakannya dan ia sembuh.kLalu, ia berusaha menjamah Sarah, namun ia kembali tidak mampu bergerak bahkan lebih parah lagi dari sebelumnya. Ia berkata : Berdolah kepada Allah untukku dan aku tidak akan mencelakaimu. Sarahpun mendoakannya dan Raja itu kembali sembuh. Kejadian itu berulang sampai tiga kali. Lalu Raja itu memanggil utusannya dan berkata: Sesungguhnya engkau tidak membawa manusia untukku melainkan membawa Syaithan. Bawa ia keluar dan berikan kepadanya Hajar! Kemudian Sarah datang kepada Ibrahim yang tengah  mengerjakan shalat. Ketika ia mengetahui kedatangannya, ia berbalik dan berkata: Bagaimana keadaanmu? Sarah menjawab: Allah telah melindungi kita dari tipu daya orang zhalim, bahkan aku diberi seorang khadim bernama Hajar. [61]

Kembalinay Nabi Ibrahim ke tanah suci

 Selanjutnya Ibrahim kembali pulang dari negeri Mesir ke negeri Tayamun yang merupakan tanah suci, tempat dulu dia pernah tinggal dan bersamanya terdapat berbagai macam binatang ternak, budak, dan harta benda yang melimpah, dengan ditemani Hajar.[62]

Berita gembira dari Allah akan kedatangan Nabi Muhammad dan Ummatnya

 Lalu Allah mewahyukan kepada Ibrahim. Dia memerintahkan untuk melepaskan pandangannya dan melihat ke arah utara dan selatan, barat dan timur. Kemudian Dia memberitahukan bahwa bumi itu secara keseluruhan akan Aku berikan kepadamu dan kepada orang-orang setelahmu sampai akhir zaman. Dan, anak-anak keturunanmu akan menjadi banyak sampai mereka berjumlah sama seperti jumlah tanah di bumi ini. Berita gembira tersebut sampai juga kepada ummat Muhammad, bahkan lebih sempurna dan tidak ada yang lebih besar darinya di tengah-tengah ummat Muhammad. Hal ini diperkuat oleh sabdanya

Sesungguhnya Allah telah mengumpulkan bumi untukku, sehingga aku dapat menyaksikan belahan timur dan baratnya, dan kekuasaan ummatku akan sampai pada apa yang diperlihatkan kepadaku.[63]

Kelahiran Nabi Ismail dari kandungan Hajar

 Setelah Sarah menyerahkan budak yang diberikan oleh penguasa bejat (yang dahulu pernah ingin menjamah Sarah) kepada Ibrahim, maka Ibrahim pun bercampur dengannya. Setelah bercampur dengannya, maka budak itupun hamil dan kemudian melahirkan Ismail. Setelah Ismail lahir, Allah mewahyukan kepada Ibrahim berita gembira tentang kelahiran Ishaq dari Sarah. Maka diapun segera bersujud. Kemudian Dia berfirman kepadanya : Aku telah mengabulkan doamu dengan kelahiran Ismail, dan Aku limpahkan berkah kepadanya, serta Aku kembangbiakkan dia menjadi keturunan yang sangat banyak. Dan dia melahirkan dua belas orang dan Aku jadikan dia sebagai pemimpin bagi kaum yang sangat besar itu.[64]

Ini merupakan berita gembira bagi ummat yang besar ini. Kedua belas orang ini adalah khulafaur Rasyidin yang berjumlah dua belas, yang diberitakan dalam hadits Jabir bin Samurah, dari Nabi , beliau bersabda: Akan ada dua belas pemimpin. Kemudian beliau mengatakan satu kalimat di mana aku tidak memahaminya. Lalu kutanyakan kepada ayahku: Apa makna kalimat tersebut? Artinya, semuanya berasal dari kaum Quraisy, jawab ayahku. Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab ash-shahihah.[65]

Setelah Hajar melahirkan Ismail, maka kecemburuan Sarahpun semakin tinggi. Kemudian Sarah minta agar Ibrahim membawa Hajar pergi sehingga wajahnya tidak terlihat olehnya (Sarah). Maka Ibrahim membawanya pergi bersama anaknya, Ismail. Kemudian, Ibrahim bersama Hajar dan anaknya melintasi berbagai tempat hingga akhirnya meletakkan keduanya ditempat yang sekarang disebut sebagai kota Makkah. Ada yang mengatakan bahwa pada saat itu, anaknya tersebut masih dalam keadaan menetek. Setelah Ibrahim meninggalkan keduanya di tempat itu dan melangkah pergi, Hajar mengejarnya dan menarik bajunya seraya berkata: Hai Ibrahim, kenapa engkau hendak pergi?  Apakah engkau akan meninggalkan kami disini sedang kami tidak mempunyai bekal yang cukup. Namun Ibrahim tidak menjawabnya. Tatkala ia terus menerus mendesaknya dan Ibrahim tidak juga menjawab, maka hajarpun bertanya: Apakah Allah yang memerintahkanmu? Ya, Jawab Ibrahim. Kalau begitu Allah tidak akan menyia-nyiakan kami, lanjut Hajar.[66]

Hijrahnya Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail dan Ibunya, Hajar ke Gunung Faran

 Imam Bukhari[67] meriwayatkan  dari Ibnu Abbas, dia mengatakan: Wanita yang pertama kali membuat ikat pinggang adalah ibunda Ismail, Hajar. Dia membuatnya untuk (mengikat pakaian agar terjuntai ke tanah) supaya dapat menutupi jejak kakinya sehingga tidak diketahui oleh Sarah. Kemudian Ibrahim membawa Hajar dan putranya, Ismail menuju ke Mekkah, dan ketika itu Hajar masih menyusui Ismail. Hingga akhirnya Ibrahim menempatkan keduanya ditempat yang nantinya dibangun Baitullah disitu, tepatnya di bawah pohon besar yang berada  dadi atas bakal sumur zamzam di bagian atas bakal Masjidil Haram. Pada saat itu, di Mekkah   tidak ada seorangpun dan juga tidak ada air. Ibrahim meninggalkan keduanya disana dan meletakkan disisi mereka geribah yang di dalamnya terdapat kurma dan bejana yang di dalamnya terdapat air.

Setelah itu, Ibrahim berangkat, maka Hajar mengejarnya seraya berkata: Hai Ibrahim, kemana engkau hendak pergi? Apakah engkau akan meninggalkan kami sedang di lembah ini tidak terdapat seorang manusia pun dan tidak pula makanan apa pun? Hajar berulang kali mengatakannya, namun Ibrahim tidak menoleh sama sekali, hingga akhirnya Hajar bertanya kepadanya:Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan ini? Ya, jawabnya.kalau begitu, kami tidak akan disia-siakan. Dan setelah itu, Hajarpun kembali. Kemudian Ibrahim berangkat sehingga ketika sampai di Tsaniyah, di mana orang-orang tidak dapat melihatnya, dia menghadapkan wajahnya ke Baitullah, lalu mengucapkan beberapa doa seraya mengangkat kedua tangannya dan berucap: Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumahMu (Baitullah) yang dihormati. Ya Rabb kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah rizki kepada mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. [68]

 Hajar tetap menyusui Ismail dan minum dari air yang tersedia, sehingga ketika air yang ada dalam bejana itu sudah habis, maka dia dan putranya pun merasa kahausan. Lalu Hajar melihat putranya berguling-guling (kehausan). Dia pun pergi karena tidak tega melihat putranya. Maka dia mendapat Shafa merupakan bukit yang paling dekat dengannya. Lau berdiri di atasbukit itu dan menghadap ke lembah seraya melihat-lihat adakah orang di sana, tetapi dia tidak mendapatkan seorangpun disana. Setelah itu dia turun kembali dari Shafa sehingga ketika  sampai di tengah-tengah lembah,  Hajar mengangkat bagian bawah bajunya dan kemudian berusaha sekuat tenaga sehingga dia berhasil melewati lembah. Lalu dia mendatangi Marwah dan berdiri disana seray melihat-lihat adakah orang di sana, namun dia tidak mendapatkan seorangpun disana. Dia melakukan hal itu sampai tujuh kali.[69]

 Ibnu Abbas menceritakan, Nabi bersabda: Oleh karna itulah orang-orang mengerjakan sai diantara keduanya. Setelah mendekati marwah, hajar mendengar suara. Iapun berkata kepada dirinya sendiri: Diam. Lalu dia mencari suara itu, hingga akhirnya dia mendengar juga. Maka diapun berkata: Aku telah mendengarmu, apakah engkau dapat memberikan bantuan. Ternyata dia mendapati malaikat di tempat mata air zamzam. Lalu, Malaikat itu mengais-ngais tanah dengan sayapnya hingga akhirnya muncul air. Segera Hajar membendung air itu hingga menjadi seperti telaga dan menciduknya, selanjtnya ia mengisi bejananya dengan air itu. Dan, air it uterus memancar setelah ia menciduknya. Ibnu Abbas menceritakan, Nabi bersabda : Semoga Allah member rahmat kepada ibunya Nabi Ismail (Hajar). Seandainya dia tidak menciduk air zamzam, niscaya air zam-zam itu akan menjadi sumber air yang mengalir.Rasulullah bercerita,  kemudian Hajar minum dan menyusui putranya. Lalu malaikat berkata kepadanya: Janganlah engkau takut disia-siakan, karna disini akan dibangun sebuah rumah oleh anak ini bersam dengan bapaknya, dan sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan keluarganya. Baitullah berada tinggi diatas tanah seperti gundukan tanah, yang diterpa banjir sehingga mengikis bagian kanan dan kirinya. Keadaan ibu Ismail masih terus berlanjut demikian hingga sekelompok orang dari Bani Jurhum atau sekelompok pengunjung Baitullah melewati mereka. Mereka datang melalui jalan Kida . Kemudian mereka turun ke lembah di mekah dan melihat ada seekor burung berputar-putar di angkasa. Mereka berkata: Burung itu pasti mengitari air, kita yakin bahwa di lembah ini terdapat air. Kemudian mereka mengirim satu atau dua orang utusan. Ternyata mereka menemukan air. Mereka kembali dan memberitahu prihal air. Lalu mereka berduyun-duyun berangkat menghampirinya. Ibnu Abbas bercerita: Saat itu Hajar berada disekitar air tersebut. Mereka berkata kepadanya: Apakah engkau mengizinkan kami untuk tinggal didekat airmu. Hajar menjawab: Boleh saja, kami kalian tidak berhak atas air ini. Baiklah, jawab mereka. Ibnu Abbas berkata: Kemudian Nabi bercerita, maka ibunda Ismail, Hajar menerima mereka dengan baik karena dia ingin punya teman.[70]

Merekapun menetap di sana dan mengirimkan utusan kepada warganya agar mereka ikut tinggal bersama mereka sehingga berdirilah beberapa rumah di sana. Sang bayi, Ismail pun tumbuh menjadi dewasa. Dia belajar bahasa Arab dari mereka. Dia sangat disayang dan disanjung oleh mereka. Setelah akil baligh, mereka menikahkannya dengan salah seorang gadis dari suku mereka.  Kemudian ibu Ismail meninggal dunia. Setelah Ismail menikah, datanglah Ibrahim guna menengok istri dan anaknya yang dulu pernah ditinggalkannya. Namun dia tidak mendapatkan Ismail. Ibrahim bertanya kepada istri Ismail. Maka istrinya itu menjawab: Dia sedang mencari nafkah untu kami. Kemudian Ibrahim menanyakan ihwal penghidupan dan kesejahteraan mereka. Istrinya  menjawab: Kami dalam kondisi buruk dan hidup dalam kesempitan dan kemiskinan. Istri ismail itupun mengadu kepada Ibrahim. Lalu Ibrahim berpesan: Jika suamimu datang, sampaikan salamku kepadanya dan sampaikan agar ia mengubah palang pintunya. Setelah Ismail datang, maka seolah-olah dia lupa akan sesuatu, lalu bertanya: Apakah tadi ada orang yang bertamu kepadamu? Istrinya menjawab: ia, tadi ada (tamu) orang tua begini dan begini. Dia bertanya kepadaku perihal dirimu, maka akupun menceritakannya dan diapun bertanya ihwal kehidupan, dan akupun menceritakannya bahwa kita hidup dalam kesusahan dan kesulitan. Ismail bertanya: adakah dia berpesan sesuatu kepadamu? Itrinya menjawab: benar, ia menyruhku menyampaikan salam kepadamu dan menyuruhmu mengubah palang pintu rumahmu. Ismail berkata: Dia itu adalah ayahku. Dia menyuruhku menceraikanmu. Maka kembalilah kamu kepada keluargamu. Ismail menceraikannya, kemudian ia menikahi wanita lain dari Bani Jurhum. Ibrahim meninggalkan mereka selama beberapa waktu. Kemudian dia datang kembalii menjenguknya, namun dia tidak mendapatkan Ismail. Selanjutnya dia masuk ke rumah istri Ismail dan menanyakan prihal Ismail. Istrinya menjawab: Dia sedang pergi mencari nafkah untuk kami. Ibrahim bertanya: Bagaiamana keadaan hidup kalian? Ia menjawab: Kami baik-baik saja dan berkecukupan. Istri Ismailpun memanjatkan pujian kepada Allah. Ibrahim bertanya: Apa yang kalian makan? Daging, Jawab istri Ismail. Lalu apa yang kalian mimun? Tanyanya lebih lanjut. Air. Jawab istri Ismail. Ibrahim berkata: Ya Allah berkatilah mereka melalui daging dan air. Nabi bersabda : pada saat itu, mereka belum memiliki makanan pokok berupa biji-bijian. Seandainya mereka punya, niscaya Ibrahim akan mendoakan supaya biji-bijian itu diberkati. Lebih lanjut beliau bersabda: Daging dan air itu memang ada pada selain penduduk mekkah, namun tidak cocok untuk menjadi makanan pokok.  Ibrahim berkata: Jika suamimu datang, sampaikan salamku kepadanya dan suruh dia mengokohkan palang pintunya. Ketika datang, Ismail bertanya, Apakah tadi ada orang yang bertamu kepadamu? Ia, ada. Yaitu, orang tua yang berpenampilan bagus istrinya itu memuji Ibrahim dan kemudian bertanya kepadaku tentang dirimu, maka aku menceritakan saja kepadanya. Lalu ia bertanya kepadaku tentang hidup kita. Maka kujawab, baik-baik saja. Lantas, Ismail bertanya: Apakah dia berpesan sesuatu kepadamu? Istrinya menjawab: Ia, dia menyampaikan salam kepadamu dan  menyuruhmu mengokohkan palang pintumu. Mak Ismailpun berkata: Itu adalah ayahku, dan engkau adalah palang pintu itu. Beliau menyuruhku untuk tetap meneruskan pernikahan kita.      

Pembangunan Baitullah

Kemudian, Ibrahim meninggalkan mereka (Nabi Ismail dan istrinya) selama beberapa waktu. Setelah itu, dia datang kembali sementara Ismail sedang meraut anak panak di bawah sebatang pohon di dekat sumber air zamzam. Ketika melihatnya, Ismail bangkit dan terjadilah perasaan rindu yang biasa terjadi antara anak dan ayahnya dan ayah dengan anaknya. Selanjutnya Ibrahim berkata : Hai Ismail, sesungguhnya Allah memrintahkan sesuatu kepadaku. Ismail menjawab: Lakukanlah apa yang diperintahkan Rabbmu. Apakah engkau akan membantuku? Tanya Ibrahim lebih lanjut. Aku pasti akan membantumu, sahut Ismail. Ibrahim berkata: Sesungguhnya Allah menyuruhku membuat sebuah rumah disini. Ibrahim menunjuk ke tumpukan tanah yang lebih tinggi dari sekitarnya. Ibnu Abbas berkata: pada saat itulah keduanya meninggikan pondasi Baitullah. Ismail mulai mengangkut batu, sementara Ibrahim memasangnya. Setelah bangunan tinggi, Ismail datang dan membawa batu ini untuk dijadikan pijakan Ibrahim pada saat membangun. Sementara Ibrahim memasang batu dan Ismail menyodorkannya. Keduanya berdoa: Ya Rabb kami terimalah (amal kami). Sesungguhnya engkau maha mendengar lagi maha mengetahui.[71]

Referensi

[1] Lihat Shahih Qishashul anbiya oleh ibnu katsir  yang ditahqiq oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, Pustaka Imam SyafiI, jilid 1 halaman:237

[2] Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Anbiya :51

[3] Al-Quran surat Maryam : 41-48

[4] Lihat Shahih Qishashul anbiya oleh ibnu katsir  yang ditahqiq oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, Pustaka Imam SyafiI, jilid 1 halaman:242

[5] Al-Quran surat Maryam : 43

[6] Lihat Shahih Qishashul anbiya oleh ibnu katsir  yang ditahqiq oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, Pustaka Imam SyafiI, jilid 1 halaman:242

[7] Al-Quran surat Maryam : 46

[8] Al-Quran surat Maryam : 46

[9] Al-Quran surat Maryam : 47

[10] Al-Quran surat Maryam : 47

[11] Lihat Shahih Qishashul anbiya oleh ibnu katsir  yang ditahqiq oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, Pustaka Imam SyafiI, jilid 1 halaman:243

[12] Al-Quran surat Maryam : 47

[13] Al-Quran surat At-Taubah : 114

[14] Binatang buas jantan yang memiliki bulu yang sangat lebat

[15]  Diriwayatkan oleh Al-bukhari dalam shahihnya no. 3350

[16] Alquran Surat Al An’am 75-83

[17] Lihat Shahih Qishashul anbiya oleh ibnu katsir  yang ditahqiq oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, Pustaka Imam SyafiI, jilid 1 halaman:248

[18] Lihat Shahih Qishashul anbiya oleh ibnu katsir  yang ditahqiq oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, Pustaka Imam SyafiI, jilid 1 halaman:250

[19] Alquran Surat Al Anbiya ayat 51-70

[20] Lihat Shahih Qishashul anbiya oleh ibnu katsir  yang ditahqiq oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, Pustaka Imam SyafiI, jilid 1 halaman:258

[21] Alquran surat as-shaffat : 91

[22] Lihat Shahih Qishashul anbiya oleh ibnu katsir  yang ditahqiq oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, Pustaka Imam SyafiI, jilid 1 halaman:259

[23] Alquran surat as-shaffat : 91- 93

[24] Alquran Surat Al- Anbiya: 58

[25] Alquran Surat Al- Anbiya: 58

[26] Lihat Shahih Qishashul anbiya oleh ibnu katsir  yang ditahqiq oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, Pustaka Imam SyafiI, jilid 1 halaman:259

[27] Alquran Surat Al- Anbiya: 59

[28] Alquran Surat Al- Anbiya: 59-60

[29]  Lihat Shahih Qishashul anbiya oleh ibnu katsir  yang ditahqiq oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, Pustaka Imam SyafiI, jilid 1 halaman:260

[30] Alquran Surat Al- Anbiya: 57

[31] Alquran Surat Al- Anbiya: 61

[32] Alquran Surat  Thaha: 59

[33] Alquran Surat Al- Anbiya: 62-63

[34] Lihat Shahih Qishashul anbiya oleh ibnu katsir  yang ditahqiq oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, Pustaka Imam SyafiI, jilid 1 halaman:262

[35] Alquran Surat Al- Anbiya: 64

[36] Alquran Surat Al- Anbiya: 64

[37] Lihat Shahih Qishashul anbiya oleh ibnu katsir  yang ditahqiq oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, Pustaka Imam SyafiI, jilid 1 halaman:262-263

[38] Alquran Surat Al- Anbiya: 65

[39] Alquran Surat Al- Anbiya: 66-67

[40] Lihat Shahih Qishashul anbiya oleh ibnu katsir  yang ditahqiq oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, Pustaka Imam SyafiI, jilid 1 halaman:270

[41] Al-Quran Surat al-Baqarah :258

[42] Al-Quran Surat al-Baqarah :258

[43]  Lihat Shahih Qishashul anbiya oleh ibnu katsir  yang ditahqiq oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, Pustaka Imam SyafiI, jilid 1 halaman:270-271

[44] Lihat Shahih Qishashul anbiya oleh ibnu katsir  yang ditahqiq oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, Pustaka Imam SyafiI, jilid 1 halaman: 272

[45] Alquran surat as-shaffat : 97-98

[46] Alquran Surat Al- Anbiya: 68-70

[47] Lihat Shahih Qishashul anbiya oleh ibnu katsir  yang ditahqiq oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, Pustaka Imam SyafiI, jilid 1 halaman:265

[48]  Lihat Shahih Qishashul anbiya oleh ibnu katsir  yang ditahqiq oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, Pustaka Imam Syafii, jilid 1 halaman:266

[49] No.4563 dan 4564

[50] Lihat Shahih Qishashul anbiya oleh ibnu katsir  yang ditahqiq oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, Pustaka Imam Syafii, jilid 1 halaman:266

[51] Alquran Surat Al- Anbiya: 69

[52] Sebagaimana firman Allah dalam al-Quran Surat al-Anbiya ayat 70 dan surat ash-shaffat ayat 98

[53] Alquran Surat Al- Furqan :66

[54]  Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam shahihnya no. 3307 dan 3359 muslim no. 2237 An Nasa’i no. 2885 serta Ibnu Majah nomor 3228

[55] Hadits Shahih lighairihi, diriwayatkan oleh Ahmad (VI/83 dan 109),  Ibnu Abu Syaibah (no. 19891), Ibnu Majah (no. 3231),  Ibnu Asakir dalam Taarikh Dimasyq  (VI/186), Ibnu Hibban (no.5631), dengan sanad dha’if  karena Sa-ibah tidak dikenal, tapi hadits mempunyai beberapa Syahid yang dengannya statusnya meningkat ke derajat shahih.  lihat secara seksama dalam kitab as shahihah (no. 1581)

[56] Alquran Surat Al- Ankabuut : 26-27

[57] Alquran Surat Al- Anbiya :71

[58] Lihat Shahih Qishashul anbiya oleh ibnu katsir  yang ditahqiq oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, Pustaka Imam SyafiI, jilid 1 halaman: 274-275

[59]  Alquran Surat Ash-Shaffat:89

[60] Alquran Surat Al-Anbiya :63

[61] Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dari selain Hadits hisyam ( Lihat secara seksama buku, Tuhfatul Asyraaf (X/349-359)

[62]  Lihat Shahih Qishashul anbiya oleh ibnu katsir  yang ditahqiq oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, Pustaka Imam SyafiI, jilid 1 halaman: 281

[63] Diriwayatkan oleh Muslim (no.2889) dari hadits Tsauban

[64]  Lihat Shahih Qishashul anbiya oleh ibnu katsir  yang ditahqiq oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, Pustaka Imam SyafiI, jilid 1 halaman: 282

[65] Al-Bukhari (no.7222 dan 7223) dan Muslim (no.1821)

[66] Lihat Shahih Qishashul anbiya oleh ibnu katsir  yang ditahqiq oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, Pustaka Imam SyafiI, jilid 1 halaman: 284

[67]  Dalam Shahihul Bukhari (no.3364 dan 3365)

[68] Alquran Surat  Ibrahim:37

[69] Lihat Shahih Qishashul anbiya oleh ibnu katsir  yang ditahqiq oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, Pustaka Imam SyafiI, jilid 1 halaman: 286

[70] Lihat Shahih Qishashul anbiya oleh ibnu katsir  yang ditahqiq oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, Pustaka Imam SyafiI, jilid 1 halaman: 286-287

[71] Alquran Surat  Al-Baqarah : 127 (Lihat Shahih Qishashul anbiya oleh ibnu katsir  yang ditahqiq oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, Pustaka Imam SyafiI, jilid 1 halaman: 288-289)