Syaithan
Definisi Syaithan
Ibnu Jarir Ath-Thabari mengatakan, “ Di dalam bahasa Arab, Syaithan berarti setiap pembangkang baik dari kalangan manusia, jin, binatang dan lain sebagainya.[1] Oleh karna itu Allah berfirman,
وَ كَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِيْنَ الْإِنْسِ وَ الْجِنِّ .. .
“Dan demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu syaithan-syaithan dari jenis manusia dan jin . . .”[2]
Allah telah menciptakan Syaithan dari kalangan manusia, sebagaimana Dia menciptakan syaithan dari kalangan Jin. Kemudian terdapat hadits dari Ath-Thabari yang sanadnya dari Aslam Al-Adwi, bahwa Umar bin Khatthab pernah mengendarai binatang yang berjalan dengan lagak sombong. Maka Umar memukulnya, tetapi jalannya malah semakin sombong. Maka diapun turun darinya dan berkata, “ Sesungguhnya hewan yang kalian berikan untuk aku tunggangi ini adalah Syaithan. Tidaklah aku turun darinya, melainkan karna jiwaku mengingkarinya.”[3] Lebih lanjut Imam Ath-Thabari mengatakan, “ Sedangkan alasan disebutnya setiap pembangkang sebagai Syaitan adalah karna tingkah laku dan tindakan serta seluruh budi pekertinya yang sangat jauh dari nilai-nilai kebaikan.” [4]
Awal mula kedurhakaan Iblis (Syaithan)
Ketika Allah menciptakan Adam, Dia memrintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam. Maka seluruh malaikat bersujud, karna Allah berfirman tentang malaikat,
لاَ يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَا أَمَرَهُمْ وَ يَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
“ Mereka (para malaikat) tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa diperintahanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”[5]
Akan tetapi disana ada makluk yang lain (syaithan) yang beribadah pula kepada Allah bersama para malaikat, namun bukan dari jenis malaikat. Hanya saja malaikat diciptakan dari cahaya sedangkan makhluk yang lain tersebut (syaithan) terbuat dari api. Maka ketika ujian diselenggarakan, syaithan mengkhianati Allah. Dia enggan bersujud kepada Adam karna berdalih bahwa dirinya lebih mulia daripada Adam. Dia membandingkan asal – usul penciptaanya, sementara dia tidak memperhatikan siapa yang memberikan perintah untuk bersujud. Sehingga Iblis berkata,
. . . أَنَا خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَ خَلَقْتَهُ مِنْ طِيْنٍ
” . . .Saya lebih baik daripadanya; Engkau menciptakan aku dari api sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”[6]
Yang mengherankan, bahwasanya Iblis masih mengakui bahwa Dzat yang menciptakannya adalah Allah, dia juga meyakini bahwa Dzat yang Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan adalah Allah, ketika Iblis berkata,
قَالَ أَنْظِرْنِىۤ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ
“Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan.”[7]
Akan tetapi apakah ilmu dapat bermanfaat jika tidak diamalkan? Sekali-kali tidak ! Bahkan kondisi ini akan menjadi melapetaka besar bagi pemiliknya dan akan menjadi hujjah baginya pada hari kiamat. Dalam kondisi inilah Allah menetapkan pengusiran dan laknat kepada Iblis. Allah berfirman,
قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيْمٌ وَ إِنَّ عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ إِلَىٰ يَوْمِ الدِّيْنِ
“ Keluarlah dari Surga, karna sesungguhnya kamu terkutuk dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat.”[8]
Dari sinilah permusuhan antara Adam dan Iblis benar-benar mengakar kuat dan mendarah daging. Sehingga dia senantiasa berfikir untuk menuntut balas agar dirinya terhibur.[9]
Konspirasi jahat Iblis (Syaithan) kepada manusia
Sampai disini, Iblis merencanakan sebuah konspirasi jahat dan busuk dan dengan serta merta Iblis mengatakan,
رَبِّ فَأَنْظِرْنِيْ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ
“ Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan.”[10]
Iblis mulai secara terperinci dan lantang mengemukakan detail-detail konspirasinya. Tanpa rasa takut dan segan Iblis berkata,
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِيْ لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِيْ الْأَرْضِ وَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمِعِيْنَ ، إِلاَّ عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ
“ Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis (yang diberi keikhlasan oleh Allah) diantara mereka.”[11]
Syaithan berjanji pada dirinya, dia benar-benar akan memusuhi segenap anak cucu Adam. Karna itu, diapun melakukan serangan pertama dan memaklumatkan perang kepada manusia sejak ia lahir ke dunia ini. Tidak ada perdamaian, kasih sayang dan gencatan senjata. Yang ada hanyalah perang, perang dan perang.[12]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah ﷺ pernah bersabda,
كُلُّ بَنِيْ آدَمَ يُطْعِنُ فِيْ جَنْبَيْهِ بِإِصْبَعَيْهِ حِيْنَ يُوْلَدُ غَيْرِ عِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَهَبَ يَطْعَنُ فَطَعَنَ فِيْ الْحِجَابِ
“ Setiap manusia yang lahir ditusuk pada kedua lambungnya (oleh iblis) dengan jari-jarinya. Selain Nabi Isa putra Maryam, karna dia (iblis) pergi hendak menusuknya, tetapi dia hanya menusuk penghalang.”[13]
Karna itu, bayi akan menjerit karna tusukan syaithan (Iblis). Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda,
مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْلَدُ إِلاَّ نَخْشَهُ الشَّيْطَانُ فَيَسْتَهِلُ صَارِخًا مِنْ نَخَشَةِ الشَّيْطَانِ إِلاَّ ابْنُ مَرْيَمَ وَ أُمُّهُ
“ Setiap bayi yang lahir, pasti ditusuk oleh syaithan. Maka diapaun akan menangis menjerit karna tusukan itu, kecuali Isa Putra Maryam dan ibunya (Maryam).”
Kemudian Abu Hurairah berkata, “ Apabila ingin mengetahui penyebabnya, maka bacalah Firman Allah,
فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّيْ وَضَعْتُهَاۤ أُنْثَىٰ وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَ لَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَىٰ وَ إِنِّى سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَ إِنِّىۤ أُعِيْذُهَا بِكَ وَ ذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَـىٰنِ الرَّجِيْمِ
“ Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, diapun berkata, “ Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan, dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu, dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryan dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaithan yang terkutuk.”(Ali Imran: 36)[14]
Dari Abu Hurairah, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ pernah bersabda,
صِيَاحُ الْمَوْلُوْدِ حِيْنَ يَقَعُ نَزْعَةٌ مِنَ الشَّيْطَانِ
“ Jeritan bayi ketika dia lahir adalah dikarenakan godaan (tusukan) syaithan.”[15]
Buhul-buhul Syaithan
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah ﷺ pernah bersabda,
يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَ هَوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ. يَضْرِبُ عَلَى مَكَانِ كُلِّ عُقْدَةٍ: عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيْلٌ فَارْقُدْ. فَإِنِسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللّٰهَ اِنْحَلَّتْ عُقْدَةً، فَإِنْ تَوَضَّأَ اِنْحَلَّتْ عُقْدَةً، فَإِنْ صَلَّى اِنْحَلَّتْ عُقْدَةً فَأَصْبَحَ نَشِيْطًا طَيِّبُ النَّفْسِ. وَ إِلاَّ أَصْبَحَ خَبِيْثَ النَّفْسِ كَسْلاَنٌ
” Ketika salah seorang diantara kamu tidur, syaithan akan memasang (mengikatkan) tiga buhul pada sudut kepalanya. Dan dia memukulkan pada setiap anggota badan yang ia ikat dengan buhul dan mengatakan,’ Kamu mempunyai malam yang panjang tidurlah dengan pulas.’ Apabila dia bangun, lantas dia berdzikir kepada Allah (membaca doa bangun tidur), satu buhul akan terlepas. Apabila dia berwudhu’, satu buhul lagi akan terlepas. Dan apabila dia melakukan shalat sunnah dua rakaat, satu buhul lagi akan terlepas hingga pada pagi harinya dia menjadi orang yang sangat giat, mempunyai jiwa yang baik (stabil) dan kalau tidak demikian, jiwanya menjadi buruk dan pemalas.”[16]
Imam Nawawi menjelaskan hadits ini, “ Para Ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan buhul-buhul ( ikatan ) ini. Ada yang berpendapat maksudnya adalah buhul yang sesungguhnya. Artinya ikatan (pengaruh) sihir kepada manusia dan menghalanginya melakukan qiyamullail. Allah berfirman,
وَ مِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِيْ الْعُقَدِ
“ Dan (aku berlindung kepada Allah) dari kejahatan-kejahatan wanita tukang sihir yang menghembuskan pada buhul-buhul.”[17]
Berdasarkan ayat ini dapat dipahami bahwa buhul disini merupakan perkataan dan pengaruh syaithan kepada orang agar tidur nyenyak, seperti pengaruh sihir. Adapula yang berpendapat bahwa maksud buhul adalah perbuatan syaithan seperti tindakan perempuan-perempuan tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Selain itu, ada juga yang berpendapat, maksud buhul adalah ikatan yang mengikat dan membekukan hati, seakan-akan dia mengganggu dirinya dan membisikkan kata-kata seperti ,’Anda punya malam sangat panjang, tunda dulu qiyamullailnya.” Adapula pendpat, maknanya kiasan yang diumpamakan sebagai rintangann syaithan untuk melakukan qiyamullail.”[18]
Imam Nawawi juga berkata, “ Sabda Rasulullah,’Pada pagi harinya dia akan menjadi orang yang giat dan berjiwa baik (stabil),’ maksudnya, karna kegembiraannya terhadap taufik berupa amal ibadah, ketaatan dan prolehan pahala yang diberikan Allah Yang Maha Mulia kepadanya. Bersama keberkahan aktivitasnya dan sirnanya buhul-buhul yang dihembuskan dan ditiupkan syaithan kepadanya.”[19]
Imam Nawawi juga berkata, “ Sabda Rasulullah, “ Dan kalau tidak demikian, jiwanya akan buruk dan pemalas,” Maksudnya, karna dia mendapatkan buhul-buhul yang dihembuskan syaithan dna pengaruh godaan tastbith (hembusan) syaithan. Serta penguasaan syaithan terhadapnya, disaat buhul-buhul tersebut belum hilang dari dirinya. Imam Nawawi melanjutkan, “ Dzhahir hadits ini menerangkan bahwa orang yang belum mampu melakuakan tiga perkara tersebut secara sempurna, yakni berdzikir ketika bangun tidur, berwudhu’ dan melakukan sholat (sunnah) termasuk golongan orang-orang yang jiwanya buruk dan pemalas.”[20]
Cara melepaskan buhul-buhul syaithan[21]
Berikut beberapa cara untuk dapat melepaskan buhul-buhul syaithan di saat tidur :
- Berwudhu’ sebelum tidur, sebab di dalam ash-shahihain disebutkan sebuah hadits, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda kepada Bara’ bin Azib,
إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوْءك لِلصّلاَةِ
“Apabila kamu hendak mendatangi tempat tidurmu, berwudhu’lah sebagaimana kamu berwudhu’ untuk melakukan sholat.”[22]
- Melakukan shalat witir sebelum tidur, karna ada sebuah riwayat dari Abdullah bin Umar, bahwa dia berkata,
“ Tidaklah seseorang berada di pagi hari tanpa melakukan sholat witir, melainkan pada kepalanya terdapat jarir seukuran tujuh puluh siku.”
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata,’ Hadits Ibnu Umar ini diriwayatkan oleh sa’id bin Manshur dengan sanad yang baik.[23] Namun jika anda terbangun sebelum sholat subuh lalu melakukan sholat witir, maka hal itu merupakan kenikmatan. Kata “Jarir” disini maknanya adalah tali yang digunakan untuk mengikat unta.[24]
- Gabungkanlah kedua telapak tangan anda dan bacalah surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas padanya. Selanjutnya tiuplah keduanya. Kemudian sentuhlah anggota tubuh anda seluruhnya, sejauh yang dapat anda sentuh dengan kedua tangan dimulai dari kepala. Hal ini dinyatakan dalam hadits shahih Al-Bukhari dari hadits Aisyah.[25]
- Bacalah dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah. Dala Ash-Shahihain terdapat hadits dari Abu Mas’ud al-Anshari, dia berkata, Rasulullah bersabda,
“ Dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah, barangsiapa yang membacanya di malam hari, niscaya hal itu mencukupinya.”[26]
- Bacalah salah satu surat Al-quran. Karna di dalam sebuah hadits marfu’ Imam Ahmad dan Tirmidzi meriwayatkan dari Syaddad bin Aus ia berkata, “ Tidaklah seorang muslim hendak pergi menuju pembaringannya, lalu dia membaca salah satu surat dari Al-quran, melainkan Allah akan mengutus seorang malaikat untuk memeliharanya dari segala sesuatu yang akan menyakitinya, hingga dia terbangun.”[27]
- Dianjurkan membaca ayat kursi dengan penuh perenungan dan pemahaman. Sebab, dia dapat memelihara Anda dari godaan syaithan hingga pagi.[28]
- Bacalah tasbih 33 kali, tahmid 33 kali dan takbir 34 kali. Hal ini ditetapkan dalam Ash-Shahihai dari hadits ‘Ali radhiyallau’anhu.[29]
- Letakkanlah tangan kanan Anda di bawah pipi kanan, lalu tidur di atas lambung kanan Anda dan ucapkanlah,
بِسْمِكَ ربِّيْ وضَعْتُ جَنْبِيْ وَبِكَ أَرْفَعُهُ إِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِيْ فَارْحَمْهَا وإنْ أَرْسَلْتَها فَاحْفَظْ بِمَا تحْفَظُ بِهِ عِبَادكَ الصَّالِحِيْنَ
“ Dengan menyebut namaMu ya Allah aku meletakkan dan mengangkat lambungku. Jika Engkau menahan jiwaku, (menghidupkan kembali), rahmatilah aku dan jika Engkau mengirimnya, peliharalah dia sebagaimana Engkau memelihara hamba-hambaMu yang shalih.”[30]
- Kemudian ucapkan doa ini,
بِسْمِ اللّٰهِ وضَعْتُ جَنْبِيْ اللّٰهُمَّ اغْفِرْلِيْ ذَنْبِيْ أَخْسِئْ شيْطَانِيْ وَ فُكَّ رِهَانِيْ وَ اجْعَلْنِيْ فِيْ النَّدِى
الْأَعْلى
“ Dengan menyebut nama Allah aku meletakkan lambungku. Ya Allah ampunilah dosaku, hinakanlah syaithanku, lepaskanlah gadaian (tawananku) dan jadikanlah aku berada pada derajat yang tinggi (bersama hamba-Mu yang mulia).”[31]
- Berdzikir kepada Allah hingga tidur.[32]
Syaitan mengutus bala tentaranya menggoda manusia
Imam Muslim meriwayatkan dalam shahihnya dari jabir bin Abdillah, dia berkata, “ Rasulullah ﷺ bersabda,
‘ Iblis meletakkan (membangun) singgasananya diatas air, lalu dia mengutus iring-iringan bala tentaranya. Pasukan yang paling dekat di sisinya (yang paling dia cintai) adalah yang paling besar godaannya (hasil fitnahnya). Salah satu pasukannya datang dan berkata kepadanya (iblis),’ saya telah melakukan begini dan begitu.’ Maka iblis berkata,’Kamu belum melakukan apa-apa.’ Lalu salah seorang dari pasukannya datang lagi dan berkata,’Saya telah menjerumuskannya (seorang suami), hingga dia memisahkan istrinya (bercerai).’ Maka iblis mendekatkan pasukan ini kepadanya, dan berkata, ‘Ya, itu baru bagus!’
A’masy berkata,” saya melihatnya berkata,’Maka diapun membuntutinya.”.[33]
Abu Musa al-Ays’ari berkata, “ Di pagi hari iblis menebarkan bala tentaranya di permukaan bumi. Dia berkata,’Siapa diantara kalian yang berhasil menyesatkan orang muslim, saya akan memakaiakan mahkota untuknya.’ Salah seorang pasukan berkata kepadanya, Saya telah menggoda si fulan dia menceraikan istrinya.’ Iblis berkata,’Dia masih bisa menikah lagi.’ Yang lain berkata,’Saya telah menggoda si fulan hingga dia berzina.’ Iblis berkata,’Perbuatanmu bagus.’ Syaithan yang lain berkata,’Saya telah menggoda si fulan hingga dia meminum khamar.’ Iblis berkata, ‘Perbuatanmu bagus.’ Syaithan yang lain berkata,’ Saya telah menggoda si fulan hingga dia membunuh.’ Iblis berkata,’ Ya, kamu bagus, bagus.[34]
Tempat Syaithan dalam diri manusia
Nabi Muhammad ﷺ bersabda ,
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنْ اِبْنِ آدَمَ مَبْلَغَ الدَّمِ
“ Sesungguhnya syaithan mengalir di dalam diri manusia mengikuti aliran darah.”[35]
Dalam riwyat yang lain dikatakan,
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَبْلُغُ مِنِ اِبْنِ آدَمَ مَبْلَغَ الدَّمِ
“ Sesungguhnya syaithan merasuk di dalam diri manusia mengikuti aliran darahnya.”[36]
Abdullah bin Abbas berkata, “ Syaithan bertengger pada hati setiap manusia. Apabila dia lupa dan lalai, syaithan akan menggodanya. Dan apabila dia berdzikir kepada Allah, syaithan akan bersembunyi.”[37]
Dari sini jelaslah bahwa syaithan mampu untuk merasuk ke tubuh manusia. Karna itu, dia memilih hati sebagai tempat hati sebagai tempat berlabuhnya. Sebab hati adalah sang panglima, sementara anggota tubuh yang lainnya hanyalah bala tentara. Apabila syaithan telah menguasai hati, maka seluruh anggota tubuhnya akan tunduk dan patuh. Oleh karna itu Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
إِنَّ فِيْ الْجسدِ مُضْغةً فَإِذَا صَلٌحَتْ صَلُحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَ إِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ
“ Ingatlah sesingguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, apabila dia baik, niscaya seluruh tubuhnya akan baik. Dan apabila dia rusak, niscaya seluruh tubuhnya akan rusak, ingatlah segumpal daging itu adalah hati.”[38]
Akan tetapi disana ada hati-hati yang diliputi oleh pagar-pagar keimanan dan benteng ketakwaan. Dia senantiasa dikawal oleh dzikir. Syaithan tidak mampu memasukinya kecuali secara sembunyi-sembunyi. Apabila syaithan memasukinya, para pengawal (dzikir) akan mengusirnya ke luar benteng dalam keadaan terhina dan terkapar.[39]
Gangguan Syaithan dalam shalat
Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab shahihnya, dari Abul ‘Ila’ bahwa Utsman bin Abul Ash mendatangi Rasulullah ﷺ dan berkata, ‘Sesungguhnya Syaithan telah berhasil menghalangi saya dari sholat dan bacaan saya, dia membuat saya ragu-ragu.’ Maka rasulullah bersabda :
“ Itu adalah gangguan syaithan yang bernama Khanzab, apabila kamu merasakannya, mintalah perlindungan kepada Allah dari gangguannya dan meludahlah ke sebelah kirimu tiga kali.”
Utsman bin Abul ‘Ash melanjutkan,’Setelah itu sayapun melaksanakannya, maka Allah menghilangkan gangguannya dari saya.’”[40]
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan di dalam ash-shahihain sebuah riwayat dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَ قَامَ يُصَلِّي جَاءَهُ الشَّيْطَانُ فَلَبِسَ عَلَيْهِ حَتَّى لاَ يَدْرِى كَمْ صَلَّى فَإِذَا وَجَدَ ذَلِكَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْجُدْ سَجَدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ
“Apabila salah seorang diantara kamu sedang melksanakan sholat, syaithan akan menghampirinya, dia akan membuatnya ragu hingga dia tidak mengetahui sudah berapa rakaat dia shalat. Apabila salah seorang diantara kamu menemukan hal tersebut, hendaknya dia melakukan sujud dua kali ketika dia masih duduk tahiyat (sujud sahwi).”[41]
Seruling Syaithan
Dari Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
الْجَرَسُ مَزَامِيْرُ الشَّيْطَانِ
“Bel (lonceng) termasuk seruling syaithan.”[42]
Ketika syaithan bergaul dengan orang yang memakai lonceng, maka sebaliknya malaikat tidak akan bergaul dengan perkumpulan yang di dalamnya ada lonceng. Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda,
لاَ تَصْحَبُ الْمَلاَئِكَةُ رِفْقَةً فِيْهَا كَلْبٌ أَوْ جَرَسٌ
“Malaikat tidak akan bergaul dengan perkumpulan yang di dalamnya terdapat anjing atau lonceng.”[43]
Tanduk Syaithan
Dari ‘Amr bin ‘Anbasah dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ تَطْلُعُ وَ تَغْرُبُ بَيْنَ قَرْنَيْنِ الشَّيْطَانِ
“ Sesungguhnya matahari terbit dan tenggelam di antara dua tanduk syaithan.”[44]
Pasar adalah medan pertempuran syaithan
Salman al-Farisi berkata,
“ Jika kamu bisa, jangan sekali-kali menjadi orang pertama yang memasuki pasar dan jangan menjadi orang yang terakhir keluar dari pasar, karna pasar adalah medan pertempuran syaithan dan di sana dia menegakkan benderanya.”[45]
Imam an-Nawawi berkata,” Pasar dan perbuatan syaithan diserupakan dengan penghuninya. Syaithan akan menggoda mereka dalam perniagaan sebuah pasar. Begitu banyaknya kebatilan yang terjadi di dalamnya seperti penipuan, pemalsuan, transaksi bathil, kecurangan, menjual atas sesuatu yang dijual saudaranya, membeli atas sesuatu yang dibeli saudaranya, menawar atas tawaran saudaranya, berlaku curang dan mengurangi timbangan dan takaran.” Imam Nawawi melanjutkan, “ Adapun perkataan salman, syaitan menegakkan benderanya di pasar,’ merupakan isyarat bahwa benderanya akan berdiri tegak di sana dan menjadi tempat perkumpulan bala tentaranya di sekelilingnya untuk menimbulkan perpecahan dan perselisihan di tengah-tengah manusia serta membawa mereka kepada kerusakan yang telah disebutkan ini dan lainnya. Disinilah markas syaithan dan bala tentaranya.”[46]
Tempat Syaithan bermalam
Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan di dalam ash-Shahihain sebuah hadits riwayat Abu Hurairah, bahwa Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
“ Apabila salah seorang diantara kalian terbangun dari mimpinya, hendaklah dia melakukan istintsar tiga kali, karna syaitan bermalam pada hidungnya.”[47]
Ini adalah lafadz Muslim. Istintsar adalah mengeluarkan air dari hidung setelah dimasukkan sebelumnya. Maksudnya adalah membersihkan hidung dari bagian dalamnya. Al-Qodhi Iyadh berkata,” Pengertian sabda Rasulullah, ‘ Sesungguhnya syaithan bermalam di hidungnya’ dapat diartikan menurut makna hakikatnya. Sebab hidung merupakan salah satu jendela tubuh untuk merasuk ke dalam hati.” Al-Qodhi Iyadh juga berkata, “ Bisa pula diartikan menurut makna kiasan. Sebab suatu debu dan hidung yang basah merupakan kotoran yang sesuai dengan tipikal syaithan.”[48]
Sebagian hewan dapat melihat syaithan
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمْ نَهِيْقَ الْحِمَارِ فَتَعَوَّذْ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهَا رَأَتْ شَيْطَانًا وَإِذَا سَمِعْتُمْ صِيَاح َ الدِّيْكَةِ فَسَلُوْا اللّٰهَ مِنْ فَضْلِهِ فَإِنَّهَا رَأَتْ مَلَكًا
“ Jika kalian mendengarkan suara ringkikan keledai, maka mohonlah perlindungan kepada Allah dari (gangguan) syaithan; karna ia melihat syaitan. Dan jika kalian mendengar kokokan ayam jantan, maka mohonlah karunia kepada Allah; karna dia melihat malaikat.”[49]
Waktu syaitan-syaithan berkeliaran
Di dalam ash-Shahihain terdapat hadits yang diriwayatkan dari Jabir , dia berkata, “ bahwasanya Rasulullah pernah bersabda,
‘ Jika malam mulai menjelang, maka tahanlah anak-anak kalian di dalam rumah; karna pada waktu itu syaithan-syaithan berkeliaran. Jika telah berlalu satu waktu dari malam, mak lepaskan mereka dan tutuplah pintu-pintu rumahmu serta sebutlah nama Allah; karna tidak bisa membuka pintu yang tertutup. Tutupilah geriba-geriba kalian dan sebutlah nama Allah, meskipun hanya dengan melintangkan kayu di atasnya. Dan padamkanlah lampu-lampu kalian.’”[50]
Ibnul jauzi berkata, “ Hikmah bertebarannya bangsa jin pada saat itu adalah ; bahwa gerakan mereka di waktu malam lebih leluasa daripada di waktu siang; karna kegelapan lebih dapat memberikan kekuatan bagi syaithan daripada siang. Begitu juga dengan setiap warna yang hitam. Oleh karna itu, di dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Dzar Al-Ghifari dikatakan,’Anjing hitam adalah syaithan.’” Perkataan ini dinukil oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dari Ibnul Jauzi di dalam fathul baari.[51]
Abdullah bin Ahmad bin hambal berkata, “Ayah saya selalu tidur pada pertengahan waktu siang; baik di waktu musim dingin maupun musim panas. Dan dia menyuruh saya untuk mengikutinya, dia berkata, ‘Umar bin Khatthab berkata,’ Hendaknya kalian tidur di waktu siang, karna syaithan tidak pernah tidur siang.’” Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Nuaim secara marfu’ sedangkan Al-Albani menganggapnya sanadnya hasan.”[52]
Metode Syaithan menyesatkan manusia
Berikut diantara beberapa metode syaithan untuk menyesatkan manusia:
- Menghiasi kebathilan
- Menamakan maksiat dengan nama-nama yang menyenangkan
- Menanamkan ketaatan dengan nama-nam yang tidak disukai
- Syaithan memasuki manusia dari pintu yang paling disenangi jiwanya
- Syaithan menyesatkan manusia secara bertahap
- Syaithan menghalang-halangi manusia dari kebenaran
- Syaithan berpura-pura memberikan nasihat kepada manusia
- Syaitan meminta pertolongan kepada syaithan-syaithan dari kalangan manusia[53]
Arah datangnya Syaithan
Ada sekian banyak pintu-pintu masuk syaithan yang harus kita waspadai. Dengan keahliannya memanfaatkan kelalaian kita, syaithan mampu merasuk ke dalam diri manusia melalui pintu-pintu tersebut. Berikut beberapa diantara arah masuknyanya syaithan:
- Kebodohan
- Marah
- Cinta dunia
- Panjang angan-angan
- Rakus
- Kikir
- Sombong
- Suka dipuji
- Riya’
- Ujub (bangga diri)
- Keluh kesah (kikir) dan gundah gulana
- Memperturutkan keinginan hawa nafsu
- Buruk sangka
- Menghina seorang muslim
- Meremehkan dosa
- Merasa aman dari adzab Allah
- Putus asa dari Rahmat Allah.[54]
Benteng ghaib untuk melawan syaithan
Berikut beberapa diantara benteng ghaib yang dapat melindungi seseorang dari godaan syaithan:
- Ikhlas
- Melakukan Ibadah karna Allah semata
- Komitmen terhadap jama’ah (tidak sendirian)
- Memelihara sholat berjama’ah
- Berpegang teguh terhadap Al-Quran dan As-Sunnah
- Meminta pertolongan kepada Allah
- Memperbanyak amal shalih
- Isti’adzah (meminta perlindungan kepada Allah)
- Membentengi sanak keluarga, anak-anak dan harta
- Membaca Surat Al-Baqarah
- Membaca ayat kursi
- Membaca sepuluh ayat dari surat al-Baqarah
- Membaca dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah
- Membaca Al–Mu’awwidzaat
- Senantiasa berdzikir kepada Allah
- Menjaga pandangan dari yang haram
- Menjaga lisan dari yang haram
- Menjaga perut dari yang haram
- Menjaga kemaluan dari yang haram
- Menjaga tangan dari yang haram
- Membentengi rumah
- Berdoa ketika keluar rumah
- Berdoa ketika masuk masjid
- Berdoa pada pagi dan sore hari
- Berdoa ketika malam tiba
- Berdoa ketika tidur
- Menahan diri dari menguap
- Menerima ketentuan Allah tanpa berkeluh kesah
- Berwudhu’
- Qiyamullail (Sholat tahajjud)
- Tidak menyerupai syaithan
- Menghindarkan diri dari hal-hal yang menimbulkan syak wasangka
- Mengenal seluk beluk musuh yang sebenarnya (syaithan)[55]
Referensi
[1] Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.123
[2] Al-Quran Surat Al-An’am: 112
[3] Sanad Hadits ini hasan , sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Wahid bin Abdussalam Baali (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.123)
[4] Jaami’ul Bayaan (1/49) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.123)
[5] AL-Quran Surat At-Tahrim:6
[6] Al-Quran Surat Al-A’raf: 2
[7] Al-Quran Surat Al-A’raf: 14
[8] Al-Quran Surat Al- Hijr: 34-35
[9] Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.124
[10] Al-Quran Surat Al- Hijr: 36
[11] Al-Quran Surat Al- Hijr: 39-40
[12] Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.125
[13] HR. Al-Bukhari (6/337, Fathul baari) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.125)
[14] HR. Al-Bukhari (8/212, Fathul Baari) , HR. Muslim (15/121, Syarh an-Nawawi) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.125)
[15] HR. Muslim dalam Al-Fadhail hadits (148) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.125)
[16] HR. Al-Bukhari (3/24, Fathul Baari) dan Muslim (6/66, Syarh an-Nawawi) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.127)
[17] Al-Quran Surat Al-Falaq:4
[18] Syarh Muslim (6/65, Syarh an-Nawawi) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.127)
[19] Syarh Muslim(6/66), an-Nawawi) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.127)
[20] Syarh Muslim (6/67, Syarh an-Nawawi ) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.128)
[21] Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.129-131
[22] HR. Al-Bukhari (1/357, Fathul Baari), HR.Muslim (17/32, An-Nawawi) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.129)
[23] Fathul baari (3/25)
[24] Lisanul ‘Arab (1/592)
[25] HR. Al-Bukhari (11/125, Fathul Baari) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.129)
[26] HR. Al-Bukhari(7/318, Fathul Baari) HR. Muslim (2/29, Syarh An-Nawawi) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.129)
[27] HR. Tirmidzi (5/142, Al-hafidz Ibnu Hajar menganggapnya hasan di dalam takhrij Al-Adzkar (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.130)
[28] Hal ini dinyatakan dalam shahih Al-Bukhari dari hadits Abu Hurairah, Sunan Tirmidzi dari hadits Abu Ayyub Al-Anshari dan sunan ibnu Hibban dari hadits Ubay bin Ka’ab (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.130)
[29] HR. Al-Bukhari (11/119, Fathul Baari) HR. Muslim (7/46, Syarh An-Nawawi) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.130)
[30] HR. Al-Bukhari (11/126, Fathul Baari) HR. Muslim (17/37, Syarh an-Nawawi) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.130)
[31] Al-Adzkar karya an-Nawawi (77) , HR. Abu dawud dengan sanad hasan
[32] Lihat hadits riwayat Hakim dan Adz-Dzahabi dalam Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.131
[33] HR. Muslim (17/107, Syarh an-Nawawi) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.131-132)
[34] HR. Ahmad dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Al-Albani dalam ash-shahihah no.1280 (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.132)
[35] HR. Al-Bukhari (4/282, Fathul Baari) HR. Muslim (14/155, Syarh an-Nawawi) 1280 (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.141)
[36] HR. Al-Bukhari (4/278, Fathul Baari) HR. Muslim (14/157, Syarh an-Nawawi) 1280 (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.141)
[37] Tafsir Ibnu Katsir (4/575) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.141)
[38] HR. AL-Bukhari(1/126, Fathul Baari) , HR. Muslim (10/28, Syarh an-Nawawi) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.141-142)
[39] Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal. 142
[40] HR.Muslim (14/190, Syarh an-Nawawi) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.137)
[41] HR. Al-Bukhari (3/103, Fathul Baari) HR. Muslim (5/75, Syarh an-Nawawi) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.137)
[42] HR. Muslim (14/94, Syarh an-Nawawi) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.143)
[43] HR. Muslim (14/94, Syarh an-Nawawi) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.143)
[44] HR. Al-Bukhari , kitab badu khalq bab: (11) , HR. Muslim, kitab al-Musafirin hadits (290,254) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.29)
[45] HR. Muslim (16/7, Syarh an-Nawawi ) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.144)
[46] Syarh an-Nawawi (16/7) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.144-145)
[47] Syarh Muslim(2/127, an-Nawawi) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.135)
[48] Syarh Muslim(3/127, an-Nawawi) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal.135)
[49] HR. Al-Bukhari (6/350, fathul Baari), HR. Muslim (17/47, Syarh an-Nawawi) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal. 41-42)
[50] HR.Al-Bukhari (10/88, Fathul Baari) dan HR. Muslim (13/185, Syarh an-Nawawi) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal. 40)
[51] Fathul Baari ( 6/342) (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal. 41)
[52] HR. Abu Nu’aim dari Anas secara marfu’. Dan dihasankan oleh AL-Albani dalam Silsilah Al-Hadits Ash-Shahihah no.1647 (Lihat Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal. 41)
[53] Lihat pembahasan terperinci dari masing-masing poin dlam kitab : Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal. 160-172
[54] Lihat pembahasan terperinci dari masing-masing poin dlam kitab : Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal. 173-236
[55] Lihat pembahasan terperinci dari masing-masing poin dlam kitab : Wiqaayatul Insan Minal Jinn Wasy Syaithan hal. 238-360