Takwa

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang perkara yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga. Maka beliau menjawab,

تَقْوَى اللهِ وَحُسنُ الخُلُقِ

“Takwa kepada Allah dan akhlak yang bagus.” [1] [2]

Definisi Takwa

Secara bahasa, kata “Takwa” terbentuk dari akar kata yang tersusun dari huruf waw, qaaf dan yaa.

Ibnu Faris berkata, “Huruf waw, qaaf dan yaa, adalah satu kata yang menunjukkan (makna) menolak sesuatu dari sesuatu dengan (sesuatu) yang lain… dan wiqayah (tameng) adalah yang bisa melindungi sesuatu. Dan (kalimat perintah) bertakwalah kamu, (maknanya) lindungilah dirimu dari-Nya, yakni buatlah sesuatu seperti tameng antara dirimu dengan-Nya.” [3]

Adapun secara istilah syar’i, maka Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah berkata, “Takwa seorang hamba kepada Allah adalah dia menjadikan tameng yang bisa melindungi dirinya dari apa yang dia takutkan dari Rabbnya, dari kemarahan-Nya, kemurkaan dan hukuman-Nya. Yaitu dengan melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.” [4]

Maka takwa adalah satu kata yang mencakup pelaksanaan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan Allah. Sehingga ia mencakup agama ini seluruhnya; baik pokoknya maupun cabangnya. [5]

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Takwa adalah satu kata yang mencakup perbuatan melaksanakan ketaatan dan meninggalkan perkara-perkara mungkar.” [6]

Hakikat Takwa

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Adapun takwa, maka hakikatnya adalah melakukan ketaatan kepada Allah karena keimanan dan mengharap pahala, baik (ketaatan) terhadap perintah maupun larangan. Maka (seorang yang bertakwa) melaksanakan perintah Allah karena mengimani perintah tersebut dan membenarkan janji-Nya. Dan meninggalkan larangan Allah karena mengimani larangan tersebut dan takut dari ancaman-Nya.” [7]

Kedudukan Takwa

Takwa menempati kedudukan yang sangat penting dan sangat tinggi dalam Islam. Hal ini menjadi jelas tatkala Allah memerintahkan seluruh hamba-Nya baik umat terdahulu maupun yang terakhir, untuk bertakwa kepada-Nya.

Allah berfirman,

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ

“Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah.” [8]

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering kali memulai khotbah-khotbahnya dengan mengingatkan manusia untuk bertakwa kepada Allah. Dalam khotbah hajah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering membaca firman Allah,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” [9]

Dan firman Allah,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan kerabat. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” [10]

Dan firman Allah,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” [11] [12] 

Ketakwaan Yang Sempurna

Ketakwaan yang sempurna mencakup pelaksanaan hal-hal yang wajib dan meninggalkan hal-hal yang haram dan syubhat (samar). Apabila ditambah dengan pelaksanaan hal-hal yang sunah (mandub atau mustahab) dan meninggalkan hal-hal yang makruh, maka derajat takwa akan menjadi lebih tinggi lagi. [13]

Al-Hasan Al-Bashri berkata, “Orang-orang yang bertakwa menjauhi apa yang diharamkan atas mereka dan melaksanakan apa yang diwajibkan atas mereka”. [14]

Umar bin Abdulaziz berkata, “Ketakwaan kepada Allah bukanlah dengan puasa di siang hari dan shalat malam atau menggabungkan antara itu semua. Akan tetapi ketakwaan kepada Allah adalah meninggalkan apa yang Allah haramkan dan melaksanakan apa yang Allah wajibkan. Dan siapa yang diberi kebaikan setelah itu, maka itu adalah kebaikan setelah kebaikan.” [14]

Maka ketakwaan manusia itu bertingkat-tingkat sesuai dengan seberapa besar pengamalan mereka terhadap hakikat takwa. Dan batas minimal ketakwaan adalah dengan melaksanakan yang wajib dan meninggalkan yang haram. Dengan batas ini, seseorang berhak menyandang predikat takwa. Adapun selebihnya, dengan melaksanakan hal-hal yang sunah dan meninggalkan yang makruh, seorang hamba akan mendapatkan derajat yang lebih tinggi dalam ketakwaan.

Sifat Orang-orang Yang Bertakwa

Al-Quran telah menyebutkan banyak tentang sifat-sifat orang yang bertakwa, di antaranya:

Allah berfirman,

الم * ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ * الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ * وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ * أُولَٰئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Alif laam miim. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” [15]

Allah juga berfirman,

لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” [16]

Allah juga berfirman,

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ * الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ * وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” [17]

Keutamaan dan Buah Takwa

Surga diraih dengan sebab takwa

Allah berfirman,

تِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي نُورِثُ مِنْ عِبَادِنَا مَن كَانَ تَقِيًّا

“Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa.” [18]

Meraih kecintaan Allah

Allah berfirman,

بَلَىٰ مَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِ وَاتَّقَىٰ فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ

“(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.” [19]

Mendapatkan kebersamaan Allah

Allah berfirman,

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوا وَّالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” [20]

Dan kebersamaan Allah yang dimaksud di sini adalah kebersamaan yang bermakna khusus; yaitu pertolongan Allah, dan taufik dari-Nya. Adapun kebersamaan umum, maka telah berlaku bagi seluruh makhluk-Nya; yaitu kebersamaan Allah dengan ilmu-Nya, di mana ilmu Allah meliputi seluruh makhluk-Nya, tidak ada satu pun yang luput dari ilmu-Nya.

Syaikh As-Sa’di berkata, “Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan berbuat ihsan (kebaikan), dengan pertolongan-Nya, taufik-Nya, dan Allah akan meluruskannya.” [21]

Ibnu Katsir menerangkan tentang kebersamaan Allah ini, “Yaitu bersama mereka dengan dukungan, pertolongan dan bantuan-Nya. Dan inilah kebersamaan yang khusus.” [22]

Dibukakan pintu berkah dari langit dan bumi

Allah berfirman,

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” [23]

Dimudahkan urusannya di dunia dan akhirat

Allah berfirman,

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا

“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” [24]

Mendapatkan solusi dari berbagai permasalahannya dan mendapatkan rezeki dari arah yang tidak disangka

Allah berfirman,

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” [25]

Takwa adalah sebaik-baik bekal di dunia dan akhirat

Allah berfirman,

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” [26]

Diampuni dosanya dan dibesarkan pahalanya

Allah berfirman,

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya.” [27]

Allah akan memberikan ilmu

Dengan sebab ketakwaan seorang hamba kepada Allah, maka Allah akan menganugerahkan ilmu kepada hamba tersebut. Dengan ilmu itu dia bisa membedakan antara yang baik dan buruk, yang hak dan yang batil, yang benar dan salah, yang harus diikuti dan yang harus ditinggalkan. Dan dengan ilmu itu pula dia mendapatkan cahaya untuk menerangi jalan kehidupannya di dunia ini.

Allah berfirman,

وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Dan bertakwalah kepada Allah; dan Allah akan mengajarimu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [28]

Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” [29]

Dan Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِن رَّحْمَتِهِ وَيَجْعَل لَّكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [30]

Mendapatkan akibat dan kesudahan yang baik di dunia dan akhirat

Allah berfirman,

وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

“Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” [31]

Baca pula

  • Tawakal

Referensi

  1. HR. At-Tirmidzi no. 2004.
  2. HR. Ibnu Majah no. 4246.
  3. Mu’jam Maqayis Al-Lughah, 6/131.
  4. Jami’ul Ulum wal Hikam, 1/398.
  5. Al-Jami’ fi Syarh Al-Arba’in, 2/708.
  6. Tafsir Ibni Katsir, 1/492.
  7. Ar-Risalah At-Tabukiyyah, hlm. 13.
  8. QS. An-Nisa: 131.
  9. QS. Ali ‘Imran: 102.
  10. QS. An-Nisa: 1.
  11. QS. Al-Ahzab: 70-71.
  12. Qawa’id wa Fawaid min Al-Arba’in An-Nawawiyah, hlm. 159.
  13. Jami’ul Ulum wal Hikam, 1/399.
  14. Jami’ul Ulum wal Hikam, 1/400.
  15. QS. Al-Baqarah: 1-5.
  16. QS. Al-Baqarah: 177.
  17. QS. Ali Imran: 133-135.
  18. QS. Maryam: 63.
  19. QS. Ali Imran: 76.
  20. QS. An-Nahl: 128.
  21. Taisirul Karimir Rahman, hlm. 452.
  22. Tafsir Al-Quran Al-Azhim, 4/615.
  23. QS. Al-A’raf: 96.
  24. QS. Ath-Thalaq: 4.
  25. QS. Ath-Thalaq: 2.
  26. QS. Al-Baqarah: 197.
  27. QS. Ath-Thalaq: 5.
  28. QS. Al-Baqarah: 282.
  29. QS. Al-Anfal: 29.
  30. QS. Al-Hadid: 28.
  31. QS. Al-A’raf: 128.