Ummahatul Mukminin
Definisi
Ummahatul Mukminin bisa juga dibaca Ummahat Al-Mukminin, dalam bahasan arab ditulis ( أُمَّهَاتُ الْمُؤْمِنِيْنَ ). Ummahat (أُمَّهَاتُ) adalah bentuk plural dari (أُمٌّ) yang berarti ibu. Al-Mukminin (الْمُؤْمِنِيْنَ) merupakan bentuk plural juga, yang memiliki arti “orang-orang mukmin” atau “Kaum Mukminin“.
Sehingga Ummahatul Mukminin atau Ummahat Al-Mukminin bisa kita artikan dengan: “Ibu Kaum Mukminin”
Adapun secara istilah Ummahatul Mukminin adalah: Istri-istri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga budak-budak wanita beliau bukan termasuk dari “Ummahatul Mukminin” karena Allah Ta’ala menyatakan bahwa yang dinamakan Ummahatul Mukminin adalah para istri. Adapun budak bukanlah istri, karena budak tidak ada akad pernikahan ataupun mahar. Berikut firman Allah Ta’ala:
النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ
“Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka.” [1]
Penamaan Ummahatul Mukminin
Nama Ummahatul Mukminin ini diambil dari surat Al-Ahzab ayat 6 sebagaimana yang telah lalu penyebutannya. Hal ini dikarenakan Allah Subhanahu wa ta’ala menamakan istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (أُمَّهَاتُهُمْ) (ummahatu-hum) yang memiliki arti “ibu-ibu mereka”. Dan kata “mereka” dalam ayat itu yang dimaksud adalah (الْمُؤْمِنِينَ) (kaum mukminin). Sehingga muncullah istilah “Ummahatul Mukminin”
Ummahatul Mukminin dan Jumlahnya
Jumlah Ummahatul Mukminin yang disepakati oleh para ulama ada 11 orang.
Khadijah bint Khuwailid
Beliau adalah istri nabi yang pertama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahinya saat berumur 25 tahun dengan memberikan mahar 20 ekor onta [2]. Dan menjadi istri yang tidak pernah dimadu hingga Ibunda Khadijah radhiyallahu ‘anha meninggal dunia.
Semua keturunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berasal dari ibunda Khadijah radhiyallahu ‘anha ini, kecuali Ibrahim, yang berasal dari rahim budak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bernama Mariyah Al-Qibthiyyah radhiyallahu ‘anha.
Khadijah radhiyallahu ‘anha merupakan istri yang sangat dicintai oleh Nabi, bahkan saat beliau meninggal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat sedih, bahkan tahun dimana Ibunda Khadijah radhiyallahu ‘anha meninggal dinamakan tahun kesedihan dalam beberapa kitab sirah (sejarah). Beliau meninggal pada tahun kesepuluh setelah kenabian pada bulan Ramadhan saat berumur 65 tahun, berdasarkan sebagian pendapat. [3].
Bahkan ibunda Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah merasa cemburu kepada Ibunda Khadijah seraya mengatakan: “Aku tidak pernah cemburu kepada salah seorang istri-istri Nabi kecuali terhadap Khadijah radhiyallahu ‘anha disebabkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut-nyebutnya (memuji dan menyanjungnya). Padahal ia meninggal dunia sebelum beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi ku.” [4]
Saudah bint Zam’ah
Beliau adalah Saudah bint Zam’ah bin Qais radhiyallahu ‘anha, dinikahi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tahun ke 10 setelah kenabian bulan Syawal, sekitar 1 bulan setelah meninggalnya ibunda Khadijah.
Sebelum dinikahi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau merupakan istri Sakran bin Amr radhiyallahu ‘anhu [5]. Setelah menikahi beliau, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menikahi wanita lainnya kurang lebih 3 tahun hingga beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menikah dengan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha [5].
Dan saat Ibunda Saudah bint Zam’ah radhiyallahu ‘anha telah mencapai usia lanjut, jatah harinya bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diberikan kepada Ibunda Aisyah radhiyallahu ‘anha.
Aisyah bint Abu Bakr Ash-Shiddiq
Beliau adalah istri Nabi yang paling dicintainya, beliau adalah anak dari Abu Bakr Ash-Shiddiq, khalifah pertama setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat.
Beliau dilahirkan setelah islam datang, beliau lebih muda (8 tahun) dari Fathimah radhiyallahu ‘anha.
Dari sisi keilmuan, beliau adalah wanita yang paling berilmu, menjadi salah satu dari periwayat hadist terbanyak. Sekitar 2210 hadits telah beliau riwayatkan.
Aisyah dinikahi oleh Nabi beberapa bulan sebelum hijrah ke Madinah, dan ada yang mengatakan sebelum dua tahun. Akan tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membangun keluarga dengan beliau pada bulan Syawwal tahun kedua hijriyah.
Beliau radhiyallahu ‘anha meninggal pada tahun 57 atau 58 hijriyah pada malam hari setelah shalat Witir pada tanggal 17 Ramadhan, dan dikuburkan malam hari itu juga. Semoga Allah meridhainya.
Hafshah bint ‘Umar bin Al-Khattab
Beliau adalah putri dari khalifah kedua, Umar bin Al-Khattab. Kakak dari sahabat yang mulia, Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma. Beliau dilahirkan sekitar lima tahun sebelum kenabian.
Hafshah dinikahi Nabi setelah menyelesaikan waktu iddahnya dari suaminya yang bernama Khunais bin Hudzafah As-Sahmi radhiyallahu ‘anhu (seorang muhajirin), yang meninggal karena luka yang ia dapatkan pada saat perang uhud. Dan pernikahan tersebut berlangsung pada tahun ketiga hijriyah. Sehingga saat itu Ibunda Hafshah radhiyallahu ‘anha berumur sekitar 20 atau 21 tahun.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menceraikannya sekali, kemudian rujuk kembali karena perintah Allah melalui Malaikat Jibril ‘alaihis salam: “Ia (Hafshah) adalah seorang yang rajin berpuasa, rajin shalat, dan istri mu di surga kelak.” [6] [7]
Dan beliau meninggal dunia pada tahun 41 Hirjriyah, semoga Allah meridhai beliau.
Zaenab bint Khuzaimah
Beliau adalah Zaenab bint Khuzaimah bin Al-Harits bin ‘Abdillah Al-Hilaliyyah, yang sering dijuluki juga sebagai “Ummul Masakin”, “Ibunya Orang-Orang Miskin”. Beliau seibu dengan Ummul Mukminin Maimunah bint Al-Harits.
Sebelum dinikahi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau merupakan istri dari seorang sahabat yang bernama Abdullah bin Jahsy radhiyallahu ‘anhu. Ketika Abdullah bin Jahsy meninggal pada perang uhud, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambilnya menjadi istri, akan tetapi tidak berselang lama, hanya sekitar dua bulan setelah pernikahan, beliau (Zaenab bint Khuzaimah) meninggal dunia. [8]
Ummu Salamah
Beliau adalah Hindun bint Abu Umayyah bin Al-Mughirah Al-Makhzumiyyah. Seorang wanita yang mulia, cantik, dan istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling terakhir wafatnya.
Sebelum dinikahi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau merupakan istri dari sahabat Abu Salamah bin Abdil Asad Al-Makhzumi, seorang lelaki yang shalih.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, beliau mengisahkan ceritanya, hingga akhirnya dinikahi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata:
Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Tidaklah seorang mukmin tertimpa musibah lalu ia membaca apa yang telah diperintahkan oleh Allah,
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي، وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا
‘Inaa lillahi wainnaa ilaihi raaji’uun allahumma`jurnii fii mushiibati wa akhlif lii khairan minhaa. (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Ya Allah, berilah kami pahala karena mushibah ini dan tukarlah bagiku dengan yang lebih baik daripadanya).’
melainkan Allah mengganti baginya dengan yang lebih baik.” [9]
Ummu Salamah berkata ketika Abu Salamah telah meninggal, “Orang muslim manakan yang lebih baik daripada Abu Salamah? Dia adalah orang-orang yang pertama-tama hijrah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian akupun mengucapkan doa tersebut. Maka Allah pun menggantikannya dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam ilmu hadits beliau telah meriwayatkan sekitar 378 Hadits, tiga belasnya disepakati oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim.
Beliau meninggal pada tahun 61 Hijriyah dan dikuburkan di pemakaman Baqi’ (Madinah). Semoga Allah meridhainya.
Juwairiyyah bint Al-Harits
Beliau adalah Juwairiyyah bint Al-Harits bin Abi Dhirar Al-Mushthaliqiyah. Beliau awalnya adalah seorang tawanan dari Perang Muraisi’ yang terjadi pada tahun 5 Hijriyah, beliau termasuk dari wanita tercantik pada zaman itu. Bahkan ibunda Aisyah sampai mengatakan: “Ia adalah wanita menawan yang selalu menarik perhatian orang yang memandangnya.”
Ibunda Aisyah bercerita: “Juwairiyah bint Al-Harits bin Al-Mushthaliq menjadi milik Tsabit bin Qais bin Syammas saat pembagian ghanimah, atau pada anak pamannya. Kemudian Juwairiyah mengadakan perjanjian pembebasan dirinya. Ia adalah wanita menawan yang selalu menarik perhatian orang yang memandangnya.”
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Kemudian ia datang memohon bantuan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal perjanjian pembebasannya. Ketika ia berdiri di depan pintu dan aku melihatnya, aku merasa tidak suka dengannya (takut jikalau Nabi mengambilnya sebagai istri -pent) dan aku mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan melihat dirinya seperti yang aku lihat (bahwa Juwairiyah menawan -pent).”
Kemudian Juwairiyah berkata, “Wahai Rasulullah, aku adalah Juwairiyah bint Al-Harits, kemuliaanku (di kaumku) sudah Engkau ketahui. (Dan sekarang) aku telah menjadi milik Tsabit bin Qais bin Syammas dalam pembagian (ghanimah), dan aku telah mengadakan perjanjian pembebasan diriku. Maka aku datang kepadamu memohon pertolongan dalam perjanjian pembebasanku.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bersabda: “Apakah engkau mau mengambil sesuatu yang lebih baik dari hal itu?” Juwairiyah bertanya, “Hal apakah itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Aku bayarkan perjanjian pembebasanmu dan aku akan menikahimu!” Jiwairiyah menjawab, “Aku siap menerimanya.”
Aisyah berkata, “Kemudian orang-orang mendengar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menikahi Juwairiyah, mereka pun melepaskan tawanan yang ada di tangan mereka dan membebaskan mereka. kemudian mereka berkata, “Para tawanan itu adalah kerabat (besan) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kami tidak melihat seorang wanita yang lebih besar berkahnya bagi kaumnya dari pada dirinya, sebab karenanya seratus keluarga Bani Mushthaliq dibebaskan.” [10]
Dikatakan bahwa umur beliau saat dinikahi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sekitar 20 tahun. Dan pada akhirnya ayah beliau juga masuk islam. Beliau meninggal pada tahun 56 Hijriyah [11]. Semoga Allah meridhainya.
Zaenab bint Jahsy
Beliau adalah Zaenab bint Jahsy bin Riyab, seorang putri dari bibi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bernama Umaimah bint ‘Abdil Muththalib bin Hasyim.
Sebelum dinikahi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau merupakan istri dari Zaid, anak angkat beliau.
Dan beliaulah yang dimaksud dalam firman Allah Ta’ala:
وَإِذْ تَقُولُ لِلَّذِي أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَنْعَمْتَ عَلَيْهِ أَمْسِكْ عَلَيْكَ زَوْجَكَ وَاتَّقِ اللَّهَ وَتُخْفِي فِي نَفْسِكَ مَا اللَّهُ مُبْدِيهِ وَتَخْشَى النَّاسَ وَاللَّهُ أَحَقُّ أَنْ تَخْشَاهُ فَلَمَّا قَضَى زَيْدٌ مِنْهَا وَطَرًا زَوَّجْنَاكَهَا لِكَيْ لَا يَكُونَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ حَرَجٌ فِي أَزْوَاجِ أَدْعِيَائِهِمْ إِذَا قَضَوْا مِنْهُنَّ وَطَرًا وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ مَفْعُولًا
“Dan (ingatlah), ketika engkau (Muhammad) berkata kepada orang yang telah diberi nikmat oleh Allah dan engkau (juga) telah memberi nikmat kepadanya, “Pertahankanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah,” sedang engkau menyembunyikan di dalam hatimu apa yang akan dinyatakan oleh Allah, dan engkau takut kepada manusia, padahal Allah lebih berhak engkau takuti. Maka ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan engkau dengan dia (Zainab) agar tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (menikahi) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya terhadap istrinya. Dan ketetapan Allah itu pasti terjadi.” [12]
Beliau dinikahi oleh Nabi tanpa wali dan tanpa saksi, dan yang menikahkan adalah Allah Subhanahu wa ta’ala dari langit yang ketujuh [13] [14]
Ibunda Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Aku belum pernah melihat wanita yang agamanya, ketaqwaannya, kejujurannya, semangatnya dalam menyambung silaturrahmi, besarnya sedekah, semangatnya mendekatkan diri kepada Allah, yang lebih baik daripada Zaenab.” [15]
Beliau wafat pada tahun 20 Hijriyah dan dishalatkan oleh Umar radhiyallahu ‘anhu. [16]
Ummu Habibah bint Abu Sufyan
Beliau adalah Ummu Habibah, yang memiliki nama asli Ramlah bint Abi Sufyan Shakr bin Harb Al-Umawiyyah, semoga Allah merahmati keduanya. Beliau adalah istri yang paling dekat nasabnya dengan Nabi dibandingkan dengan istri-istri yang lainnya. Dan beliau adalah istri Nabi yang paling banyak maharnya.
Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha memiliki sekitar 65 hadits, dari 65 hadits tersebut, yang disepakati oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim ada 2 hadits. [17]
Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan yang dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani beliau menceritakan dirinya sendiri:
عن أُمِّ حبيبة: أنها كانت تحتَ عُبيدِ الله بن جحش، فماتَ بأرض الحبشةِ، فزوَّجها النجاشيُّ النبيَّ – صلَّى الله عليه وسلم -، وأمهرها عنه أربعةَ آلافٍ، وبعث بها إلى رسول الله – صلَّى الله عليه وسلم – مع شُرَحْبيلَ ابنِ حَسَنةَ.
Dari Ummu Habibah, beliau berkata: “Bahwasannya dahulu beliau merupakan istri dari ‘Ubaidullah bin Jahsy, ketika suaminya ini meninggal di Habasyah, Raja An-Najasiy menikahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam denganya, dengan mahar 4000 dirham, kemudian mengutusnya bersama Syarahbil bin Hasanah menuju Nabi (di madinah).” [18]
Dan beliau meninggal pada tahun 44 Hijriyah, dan sebagian mengatakan bahwa beliau meninggal pada tahun 42 Hijriyah. Semoga Allah merahmati beliau.
Maimunah bint Al-Harits
Beliau adalah Maimunah bint Al-Harits bin Hazn Al-Hilaliyyah, beliau merupakan saudari dari Ummul Fadhl (istri Al-Abbas bin Abdil Muththalib), dan beliau juga merupakan bibi Khalid bin Al-Walid dan Abdullah Ibnu Abbas, radhiyallahu ‘anhum.
Sebelum dinikahi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau telah dinikahi oleh dua orang lelaki, yang pertama adalah Mas’ud bin Amr Ats-Tsaqafi sebelum memeluk islam, kemudian dicerai.
Kemudian dinikahi oleh Abu Ruhm bin Abdul ‘Uzza, kemudian wafat. Lalu dinikahi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah selesai melakukan umrah qadha, pada tahun ketujuh hijriyah.
Dan beliau meninggal sekitar tahun 61 hijriyah dan ada yang mengatakan bahwa beliau meninggal pada tahun 51 hijriyah, berumur sekitar 80 tahun. Semoga Allah meridhainya.
Shafiyyah bint Huyaiy
Beliau adalah Shafiyyah bint Huyaiy bin Akhthab bin Sa’yah, beliau adalah wanita dari Bani Israil, sebelum dinikahi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau sudah dinikahi oleh dua orang dari kaum Yahudi, yaitu Salam bin Abu Huqaiq dan setelahnya Kinanah bin Abu Huqaiq.
Saat peperangan Khaibar, Kinanah (suami Ibunda Shafiyyah) terbunuh, dan beliau sendiri menjadi tawanan perang. Pada akhirnya beliau dibebaskan dan dinikahi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Meninggal dunia pada tahun 50 Hijriyah. Semoga Allah meridhainya.
Referensi
- QS. Al-Ahzab: 6. ⤴
- Sirah Ibnu Hisyam, 1/174. ⤴
- Siyar A’lam An-Nubala, 2/122. ⤴
- HR. Al-Bukhari no. 3816. ⤴
- Siyar A’lam An-Nubala, 2/265. ⤴ ⤴
- ‘Aunul Ma’bud, hadits no. 2283. ⤴
- Siyar A’lam An-Nubala, 2/228. ⤴
- Siyar A’lam An-Nubala, 2/218. ⤴
- HR. Muslim no. 918. ⤴
- HR. Abu Dawud no. 3931 dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani. ⤴
- Siyar A’lam An-Nubala, 2/263. ⤴
- QS. Al-Ahzab: 37. ⤴
- HR. Al-Bukhari no. 7420. ⤴
- Siyar A’lam An-Nubala, 2/211. ⤴
- HR. Muslim no. 2442 secara ringkas. ⤴
- Siyar A’lam An-Nubala, 2/212 ⤴
- Siyar A’lam An-Nubala, 2/219. ⤴
- HR. Abu Dawud no. 2107. ⤴